Kampus harus siap jadi universitas siber

id siber,universitas siber,Sistem Pembelajaran Daring,Dr Illah Sailah,blended learning,berita palembang,perguruan tinggi,Perguruan Tinggi Negeri

Kampus harus siap jadi universitas siber

Ilustrasi serangan di dunia siber (cyber attack). (msn.com)

Jakarta (Antaranews Sumsel)- Ketua Koordinator Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis) Wilayah III Dr Illah Sailah mengatakan kampus harus siap menjadi universitas siber.

"Harus siap, menjadi universitas siber. Pembelajaran jarak jauh bukan hal baru karena sudah diluncurkan pada 15 Oktober 2014 saat menterinya Pak Nuh dengan nama Pembelajaran Daring Indonesia Terbuka dan Terpadu (PDITT) yang sekarang berubah menjadi Sistem Pembelajaran Daring (SPADA)," ujar Illah saat dihubungi di Jakarta, Selasa.

Sejumlah perguruan tinggi swasta di Kopertis wilayah III, sudah melakukan sistem pembelajaran jarak jauh. Illah memberi contoh Universitas Bina Nusantara yang memiliki lima program studi dan juga London School Public Relation (LSPR) yang sudah diberi izin untuk menyelenggarakan pembelajaran jarak jauh pada satu program studi.

"Sebagiannya lagi PTS menggunakan campuran alias hibrid atau 'blended learning'. Kopertis III selalu mendorong pembelajaran jarak jauh ini, karena di Jakarta banyak mahasiswa yang bekerja sambil kuliah," papar dia.

Illah menerangkan 'akal-akalan' perguruan tinggi swasta (PTS) dan Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dengan memadatkan mata kuliah dari 14 minggu menjadi tujuh minggu.

Setelah Permen 44 Tahun 2015 turun, maka hal ini tidak sesuai lagi karena pembelajaran dalam semester berlangsung minimal 16 minggu. Kecuali yang menganut sistem blok seperti di fakultas kedokteran dan pendidikan vokasi di beberapa politeknik. 

"Dengan pembelajaran jarak jauh hibrid dan pembelajaran daring bagi peserta didik yang sibuk bekerja tidak harus tiap hari datang ke kampus. Namun pembelajaran jarak jauh ini akan berhasil kalau peserta didiknya memiliki semangat belajar mandiri dan dosennya memiliki literasi digital serta memiliki kemauan untuk memberi pembelajaran secara online."

Dosen juga harus siap ditanya kapan saja, dimana saja oleh siapapun mahasiswanya. Menurut dia, dosen harus secanggih 'Google', hanya dengan mengunggah materi di situs perguruan tinggi, maka dosen belum disebut pembelajaran jauh, karena pembelajaran jarak jauh menghendaki terbangunnya 'learning management system' (LMS) sebagai wahana dan sistem untuk berkomunikasi antara dosen dan mahasiswa yang harus terjaga kualitasnya.
(T.I025/D. Purnamawati)