BNPB mencatat hingga 30 Oktober 2021 ada 2.203 bencana

id BNPB,bencana alam,fenomena La Nina,bencana hidrometeorologi

BNPB mencatat hingga 30 Oktober 2021 ada 2.203 bencana

Caption: Kondisi banjir yang merendam pemukiman penduduk di Kabupaten Sekadau Kalimantan Barat, Rabu (27/10/2021). ANTARA FOTO/HO-Dok. BNPB (Teofilusianto Timotius)

Jakarta (ANTARA) - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan sebanyak 2.203 bencana alam terjadi di Indonesia terhitung sejak 1 Januari hingga 3 Oktober 2021.

Kejadian bencana alam yang paling banyak terjadi berupa banjir, lalu diikuti puting beliung, tanah longsor, kemudian kebakaran hutan dan lahan. Mayoritas bencana alam tersebut terjadi di Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Aceh.

Berdasarkan data BNPB, dikutip Minggu dini hari bencana banjir ada 891 kejadian, puting beliung 587 kejadian, tanah longsor 406 kejadian, kebakaran hutan dan lahan 258 kejadian.

Selanjutnya, bencana gempa bumi tercatat 26 kejadian, gelombang pasang dan abrasi 22 kejadian, serta kekeringan 22 kejadian.

Ribuan bencana alam tersebut menyebabkan 6,63 juta orang menderita dan mengungsi, sebanyak 13.031 orang luka-luka, 549 orang meninggal dunia, dan 74 orang hilang.

BNPB juga mencatat ada 134.587 rumah rusak dengan rincian 17.007 rumah rusak berat, 24.035 rumah rusak sedang, 93.545 rumah rusak ringan.

Selain itu, sebanyak 3.597 fasilitas publik juga mengalami kerusakan yang meliputi 1.446 fasilitas pendidikan, 1.798 fasilitas peribadatan, dan 353 fasilitas kesehatan. Kemudian, terdapat pula 502 kantor dan 359 jembatan rusak.

Kepala BNPB Ganip Warsito menegaskan pentingnya peringatan dini dalam menghadapi potensi bencana hidrometeorologi, terutama dampak yang ditimbulkan akibat La Nina yang diprakirakan akan bertahan sampai Februari 2022.

Dia menyampaikan bahwa peringatan dini yang dikeluarkan oleh BMKG menjadi salah satu referensi untuk ditindaklanjuti di lapangan.

Bahkan BNPB memasang 27 alat peringatan dini bencana tanah longsor untuk membantu pengambilan keputusan proses evakuasi masyarakat.

Alat tersebut masih terus ditambah hingga menjangkau ke seluruh pelosok Nusantara yang berpotensi bencana. Dalam waktu dekat penambahan alat untuk beberapa wilayah aliran sungai di Jawa Timur dan Jawa Tengah akan dilakukan penambahan sebanyak tujuh unit alat.