Logam runcing dan pipih ditemukan di kompleks candi Muarojambi

id Logam bersejarah,Candi muara jambi, logam ditemukan, logam runcing dan pipih

Logam runcing dan pipih ditemukan di kompleks candi Muarojambi

Ilustrasi - Foto udara areal Candi Tinggi di Kawasan Percandian Muarajambi, Jambi, Sabtu (29/12/2018). (ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan/kye).

Jambi (ANTARA) - Sebanyak dua logam berbentuk runcing dan pipih ditemukan di kompleks Candi Muarajambi, Provinsi Jambi sehingga menambah daftar temuan benda bersejarah di kompleks percandian terluas di Asia Tenggara itu.

"Logam tersebut ditemukan saat tim menggali struktur bata yang sudah tertimbun (Menapo) di Ujung Tanjung yang merupakan kawasan ladang penduduk di kompleks Percandian Muarajambi," kata arkeolog dari Balai Arkeologi Sumsel Retno Purwanti saat dihubungi dari Jambi, Rabu.

Temuan dua benda bersejarah logam dengan panjang sekitar 15 centimeter itu, sejenis alat pahat dengan berbentuk pipih dan runcing.

Dugaan awal, lanjutnya, benda yang ditemukan itu peninggalan bersejarah di komplek percandian Hindu-Buddha pada abad 12-13 Masehi.

"Saat ini temuan logam itu sedang kami teliti lebih lanjut untuk mengetahui kandungan logamnya, dan juga dulunya digunakan untuk apa kita belum tahu," katanya.

Pada tahun lalu, juga ditemukan satu benda bersejarah yang sama sehingga saat ini telah ditemukan tiga logam.

Sejarah kawasan Percandian Muarajambi di Kecamatan Maro Sebo, Kabupaten Muarojambi, Provinsi Jambi itu, rangkaian keberadaan Suarnadwipa atau Pulau Emas.

Situs purbakala Percandian Muarajambi adalah kompleks percandian agama Hindu-Buddha terluas di Asia Tenggara dengan memiliki luas 3.981 hektare, tersebar di delapan desa, termasuk desa terdekat, Desa Muarojambi.

Berdasarkan data sejarah dari BPCB Jambi, kawasan Percandian Muarajambi pada beberapa abad silam adalah sebagai kampus atau pusat pendidikan ajaran Buddha.

Maha Guru Buddha Atisha dari Tibet pernah tinggal menetap dan belajar di Candi Muarajambi selama 11 tahun atau sekitar 1011-1023 Masehi.

Atisha yang berperan penting dalam membangun gelombang kedua Buddhisme di Tibet, dahulunya pernah menjadi murid dari guru besar Buddhisme, yakni Serlingpa Dharmakirti di Percandian Muarajambi pada abad ke-10.

Di kompleks percandian, saat ini terdapat sembilan bangunan candi, yakni Candi Kotomahligai, Kedaton, Gedong Satu, Gedong Dua, Gumpung, Tinggi, Telago Rajo, Kembar Batu, dan Astano.