OKI Pulp bangun pelabuhan barang senilai Rp2,8 triliun

id oki pulp,sinar mas,pelabuhan bongkar muat,pelabuhan produksi tisu,ekspor tisu,hti,perkebunan hti

OKI Pulp bangun pelabuhan barang senilai Rp2,8 triliun

Arsip - Pabrik OKI Pulp & Paper Mills di Sungai Baung Kec Air Sugihan, Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatra Selatan (ANTARA News Sumsel/Nova Wahyudi)

Palembang (ANTARA News Sumsel) - Pembangunan pelabuhan barang khusus bongkar muat produk tisu OKI Pulp di Tanjung Tapa, Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan, menelan dana 200 juta dolar AS atau senilai Rp2,8 triliun.

External Relation Head Sinar Mas PT OKI Pulp Gadang Hartawan di Palembang, Senin, mengatakan, investasi cukup besar ini untuk memuluskan rencana hilirisasi produk dan sekaligus memudahkan ekspor ke luar negeri.

"Pembangunan pelabuhan ini untuk memudahkan kami dalam ekspor, selama ini loading (bongkar muat) terpaksa dilakukan di tengah laut karena jalur transportasi sungai di Sungai Baung  tidak memungkinkan. Ini tentunya sangat berisiko dan tergantung cuaca," kata dia.

Ia mengatakan sebelum membangun Pelabuhan Tanjung Tapa ini akan dilakukan terlebih dahulu pembangunan jalan sepanjang 57 Km dari kompleks pabrik di kawasan Sungai Baung menuju ke arah pesisir.

Namun dari total 57 Km itu, hanya 12 km yang dilakukan pembangunan dari awal karena di jalur tersebut sebenarnya sudah dipakai sebagai jalan produksi perusahaan hutan tanam industri PT BAP.

"Saat ini sedang dikerjakan tapi belum bisa maksimal karena kontur tanah merupakan rawa, jadi membutuhkan waktu untuk bisa berkualitas seperti jalan tol. Untuk tahap awal ini, hanya dilapisi tanah merah dulu," kata dia.

Ia mengatakan setelah menuntaskan pembangunan jalan itu akan dilanjutkan dengan pembangunan pelabuhan yang direncanakan pada Juni 2018 dengan target hingga 18-24 bulan ke depan.

"Untuk pelabuhan pada prinsipnya tinggal pekerjaan kontruksi saja karena untuk perizinannya sendiri sudah diselesaikan," kata dia.

Pembangunan pelabuhan di kawasan Tanjung Tapa ini sempat terganjal perizinan meski sudah masuk dalam rencana pabrik OKI Pulp yang dibangun sejak 2012.

Awalnya Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan tidak memberikan izin karena akan memangkas hutan mangrove yang ada di bibir pesisir.

Namun, Gadang menjelaskan, setelah dilakukan pengkajian oleh tim dari pemerintah dan akademisi, dan diubahnya rencana kontruksi pelabuhan akhirnya surat izin dikeluarkan pemerintah. Tim terpadu akhirnya merekomendasi karena kawasan tersebut juga hutan sekunder.

"Pelabuhannya akan berjarak 2 km setelah bibir persisir. Selain itu, sama sekali tidak ada reklamasi karena menggunakan tiang-tiang dengan tinggi empat meter, dan celah tujuh meter sehingga kapal nelayan pun masih bisa lewat di bawahnya," kata dia.

OKI Pulp disebut pabrik pulp (bubur kertas) terbesar di Asia dengan nilai investasi sekitar Rp40 triliun. Pabrik ini berada di tengah-tengah hutan produksi HTI yang menjadi satu-satunya di dunia.

Pabrik ini ditargetkan mengekspor dua juta ton pulp dan 500 ribu ton tisu per tahun dengan nilai mencapai 1,5 miliar dolar AS (Rp20 triliun) pada tahun pertama.

Keberadaan pelabuhan milik sendiri ini akan mempermudah ekspor sehingga dapat mendongkrak ekspor Sumsel sebesar 32 persen, sedangkan PDRB sebesar 11 persen.