Hipmi: tingkatkan kapasitas produksi jaga stabilitas harga

id pasokan sembako, rantai pasokan, jalur distribusi, sembako

Hipmi: tingkatkan kapasitas produksi jaga stabilitas harga

Pedagang sembako di Palembang saat Ramadan. (Foto Antarasumsel.com/Dolly)

...Tidak mudah melakukan pemangkasan rantai pasok bahan pokok. Pasalnya, jalur distribusi barang di Tanah Air sangat jauh dan panjang...
Jakarta (ANTARA Sumsel) - Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) ingin anggotanya meningkatkan kapasitas produksi dan memangkas rantai pasok barang, utamanya bahan pokok dalam menjaga kestabilan harga pada bulan puasa.
       
"Kami sudah minta anggota kita untuk meningkatkan produksi dan pangkas rantai pasok yang panjang," kata Ketua Umum Hipmi Bahlil Lahadalia dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Rabu.
       
Menurut dia, anggotanya sejatinya sudah menaikkan kapasitas produksi menjelang bulan puasa. Hanya saja, permintaan saat bulan puasa juga naik tajam sehingga antara pasokan dan permintaan tidak sinkron.
       
Untuk itu, Bahlil meminta anggotanya agar memangkas rantai pasok bahan pokok yang panjang, dan marginnya diserahkan ke konsumen dalam bentuk pengereman kenaikan harga.
       
Meski demikian, ia mengakui bahwa tidak mudah melakukan pemangkasan rantai pasok bahan pokok. Pasalnya, jalur distribusi barang di Tanah Air sangat jauh dan panjang.
       
Sehingga, lanjutnya, peran dari banyak distributor dan agen-agen ini sangat strategis. "Salah-salah pangkas malah barangnya enggak nyampe ke pedagang. Kita juga hati-hati," ujarnya.
       
Sebab itu, Hipmi meminta bantuan pemerintah dengan menaikkan impor, karena kapasitas produksi di dalam negeri yang eksisting bisa juga sudah mencapai puncaknya.
       
Sebelumnya, sinkronisasi rantai pasok yang lancar dan terhindar dari tangan-tangan spekulan merupakan cara yang harus dilakukan untuk meningkatkan ketahanan pangan terutama dalam masa bulan puasa dan Lebaran 2016.
       
"Pemerintah punya tugas penting, untuk mengelola kebijakan yang lebih elegan, agar terjadi sinkronisasi antara produksi, pasokan pasar, rantai pasok," kata Sekretaris Departemen Ketahanan Pangan DPP PKS Achyar Eldine dalam rilis di Jakarta, Selasa (7/6).
      
 Dengan demikian, menurut dia, maka hal-hal yang merusak pasar seperti distorsi barang dan harga akan bisa diminimalisir dampaknya.
       
Selain itu, lanjutnya, diharapkan pula stabilits harga akan tercapai sehingga para petani juga bisa tenang dalam setiap menghadapi musim panen besar.
       
Ia juga menginginkan koordinasi tim stabilisasi pangan pusat harus terus berkoordinasi dengan daerah, karena pusat produksi sejumlah komoditas seperti bawang merah ada di daerah, mengetahui persoalan yang sesungguhnya, sehingga setiap kebijakan yang dihasilkan mampu menyelesaikan persoalan.
       
"Dari pengamatan langsung yang dilakukan di pasar, komoditas yang menghadapi dilema saat ini adalah bawang merah. Rencana pemerintah untuk melakukan Impor telah meresahkan para petani, apalagi dilakukan menjelang panen raya sekitar bulan Juni hingga Agustus," katanya.
       
Menurut dia, disinilah letak persoalannya, apakah kebijakan impor yang dilakukan oleh pemerintah dalam rangka mengamankan harga karena sudah terjadi kelangkaan pasokan, atau ada persoalan lain yang seharusnya bisa diselesaikan oleh pemerintah terlebih dahulu.
       
Ia mengingatkan bahwa dari sisi produksi bawang merah mencukupi untuk memenuhi pasokan menjelang puasa, namun dengan melihat siklus panen yang ada, terdapat beberapa waktu sekitar bulan Februari-Maret, neraca bawang merah mengalami surplus sangat tipis.
       
"Kondisi ini tentu cukup riskan, mengingat adanya jarak dan waktu antara daerah sentra produksi dengan daerah sentra konsumsi, sehingga menyebabkan pasokan di beberapa pasar menjadi terbatas," katanya dan menambahkan, dengan kondisi terbatasnya pasokan tersebut juga berpotensi dimanfaatkan oleh para spekulan besar untuk menaikkan harga.