Sementara itu, lanjutnya, kenaikan muka air laut yang terjadi akibat dampak perubahan iklim terjadi sekitar 3-10 milimeter per tahun.
Menurut Sarah, kawasan pesisir yang terus mengalami penurunan ditambah kenaikan muka air laut menyebabkan banjir rob kini menjelma menjadi masalah sehari-hari yang tidak terelakkan bagi masyarakat di kawasan Pantura.
Selain banjir rob, kata dia, penurunan tanah juga menyebabkan banyak rumah mengalami penurunan yang tidak merata dan bisa mengakibatkan kerusakan saluran drainase ataupun infrastruktur lainnya. Fenomena itu juga memberikan tekanan membuat bangunan menjadi miring dan merugikan secara ekonomi.
Penduduk yang tinggal di daerah pesisir yang mengalami penurunan tanah, kata dia, selain menghadapi banjir rob rutin, mereka juga harus menaikkan rumah setinggi 1 sampai 1,5 meter setiap dua sampai tiga tahun agar rumah tidak tenggelam.
"Penurunan muka tanah adalah sebuah bahaya yang dapat menjadi bencana. Peristiwa terbaru adalah banjir di Demak yang mengakibatkan 21 ribu warga mengungsi, ini paling banyak di awal tahun 2024," kata Sarah.
"Kita ketahui bahwa Demak adalah area yang mengalami penurunan muka tanah yang cukup meluas," imbuhnya.
BRIN saat ini aktif melakukan riset secara mandiri, pendanaan internal, eksternal maupun kolaborasi untuk meneliti bahaya penurunan tanah yang merupakan masalah multi dimensi.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: BRIN paparkan dampak buruk pengambilan air tanah berlebihan