BI sebut mulai terjadi pelemahan daya beli di Sumsel

id inflasi,deflasi,daya beli sumsel,daya beli masyarakat,sumsel,bi ,bi sumsel

BI sebut mulai terjadi pelemahan daya beli di Sumsel

Kepala BI Sumsel Hari Widodo. (ANTARA/Dolly Rosana/21)

Tentunya inflasi yang rendah ini tidak bagus untuk perekonomian. Oleh karena itu, semua pihak harus mendorong dari sisi ekonomi
Palembang (ANTARA) - Bank Indonesia Perwakilan Sumatera Selatan menilai mulai terjadi pelemahan daya beli di daerah setempat karena dipengaruhi sejumlah faktor, di antaranya penerapan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat.

“Dari sisi permintaan saat ini masih melemah,” kata Kepala BI Perwakilan Sumatera Selatan Hari Widodo di Palembang, Jumat.

Sebelumnya, Bank Indonesia selaku Ketua Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) mengingatkan para pemangku kepentingan di Sumsel untuk fokus pada ketersediaan logistik selama masa PPKM tahap pertama, 14-20 Juli 2021.

Ini penting untuk menjaga agar tidak terjadi kelangkaan bahan pokok, yang dikhawatirkan akan berimbas pada kenaikan harga.

Ternyata, selama periode tersebut, BI memantau pasokan bahan kebutuhan pokok terbilang terpenuhi di Sumsel.

Namun, fakta di lapangan yang didapati menunjukkan harga-harga mulai bergerak turun, di antaranya ayam potong.

“Tentunya inflasi yang rendah ini tidak bagus untuk perekonomian. Oleh karena itu, semua pihak harus mendorong dari sisi ekonomi,” kata dia.

Bank Indonesia di tengah pandemi COVID-19 ini telah mengeluarkan tiga strategi untuk memacu ekonomi di Sumsel tetap 'on the track' yakni, pengembangan sektor UMKM, ekonomi syariah dan digitalisasi ekonomi.

Dari ketiga sektor itu, sejauh ini digitalisasi ekonomi yang mengalami akselerasi cukup tajam lantaran dipengaruhi pengurangan mobilisasi masyarakat oleh peraturan pemerintah.

Namun untuk dua sektor lainnya, yakni UMKM dan ekonomi syariah, menurut Hari, masih perlu didorong.

Baca juga: Ekonomi Syariah di Sumatera Selatan belum tergarap optimal
Baca juga: BI: Implementasi QRIS di Sumsel didominasi sektor UMKM

Sementara itu, Provinsi Sumatera Selatan mengalami deflasi pada Juni 2021 senilai 0,01 persen dipicu oleh penurunan harga cabai merah, bawang merah angkutan udara, beras, dan daging ayam ras.

Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Selatan Zulkipli mengatakan walau terjadi deflasi tapi belum menunjukkan penurunan daya beli pada Juni 2021.

Deflasi pada Juni ini lebih dipengaruhi penurunan harga untuk kelompok barang yang diatur pemerintah, sementara untuk inflasi inti (diluar makanan dan energi) masih pada angka 0,29 persen.

“Ini menunjukkan bahwa deflasi yang terjadi di Juni belum menunjukkan adanya penurunan daya beli karena inflasi inti masih alami inflasi,” kata dia.

Jika melihat perkembangan dalam tiga tahun terakhir, kondisi ini menjadi yang pertama di Sumsel terjadi pada Juni. Ini dipengaruhi karena pada Mei ada Lebaran, kata dia.

Secara Inflasi Tahun Kalender (kumulatif) sampai bulan Juni 2021, Sumsel mengalami inflasi sebesar 0,83 persen. Sementara Inflasi Tahunan “Year on Year” (Juni 2021 terhadap Juni 2020) sebesar 1,24 persen.

Sementara pada Juli 2021, BPS akan merilis hasil pendataannya pada awal Agustus 2021, untuk mengetahui apakah Sumsel mengalami inflasi atau deflasi.
Baca juga: BI turunkan proyeksi ekonomi RI jadi 3,5 persen