Cuaca ekstrem kendala atasi kebakaran hutan

id kebakaran lahan, pemadaman, tni, kebakaran hutan, satgas tni, satgas penanggungan bencana, cuaca

Cuaca ekstrem kendala atasi kebakaran hutan

Sejumlah prajurit TNI AD berlari sambil mengangkat mesin penyedot air saat akan memadamkan kebakaran lahan gambut di Desa Palm Raya, Ogan Ilir, Sumsel. (Foto Antarasumsel.com/Nova Wahyudi/15/den)

....Jika tidak pintar membaca pergerakan arah angin maka nyawa taruhannya....
Palembang, (ANTARA Sumsel) - Cuaca ekstrem menjadi kendala utama personel TNI dalam upaya mengatasi pemadaman kebakaran hutan dan lahan di Sumatera Selatan sejak mulai beroperasi pada 11 September 2015.

Danyon Armed 10, Letkol Arm Toar Pioh di Palembang, Kamis, selaku Ketua Satgas Kebakaran di Posko Air Sugihan Kabupaten Ogan Komering Ilir, mengatakan, pada beberapa kali upaya pemadaman dihadapkan cuaca di luar kendali yakni munculnya angin puting beliung.

"Paling diingat itu, ketika ada angin puting beliung yang tingginya tiga kali pohon. Situasi sangat berbahaya karena ada pusaran api yang bisa bergerak leluasa mengikuti arah angin," kata Toar yang dijumpai seusai upacara pelepasan personel TNI untuk kembali ke satuan masing-masing di Lapangan Lanud Palembang.

Ia mengatakan, kondisi itu sangat membahayakan nyawa sehingga personel terpaksa dievakuasi dari lokasi tersebut sekitar pukul 04.00 WIB.

"Evakuasi juga tidak bisa langsung, harus menunggu dulu sekitar dua jam. Jadi sementara menunggu, personel bersembunyi dengan cara masuk kanal. Ini momen yang tidak bisa saya lupakan karena api sudah menyeberang dan mengurung," kata Danyon Armed 10 Bogor lulusan Akmil tahun 1997 ini.

Ia mengemukakan, banyak persoalan yang dihadapi di lapangan karena dipicu oleh cuaca ektrem, merupakan istilah bagi kondisi cuaca atau iklim yang tidak biasa dan sangat jarang terjadi. 

Disebut ekstrem, karena cuaca atau iklim tersebut memiliki intensitas yang sangat tinggi atau sangat rendah.

Sehingga, untuk beberapa upaya menjadi gagal total atau kembali ke titik nol karena lokasi yang apinya sudah bisa dipadamkan justru menyala lagi akibat dorongan angin.

"Cuaca sangat panas, hujan tidak turun-turun, belum lagi daerah pesisir yang habis terbakar menjadi ladang angin. Jika tidak pintar membaca pergerakan arah angin maka nyawa taruhannya," ujar dia.

Toar membawa 350 orang personel Armed 10 ke Sumatera Selatan yang disebar di beberapa titik kebakaran hutan yakni di Cengal, Mesuji, dan Air Sugihan Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI).

Dalam operasi selama satu bulan sepuluh hari itu, Toar berserta tim yang terdiri atas masyarakat, regu pemadam kebakaran perusahaan berhasil mematikan kepala api di Air Sugihan.

"Untuk memadamkannya tidak bisa cepat, harus ektra hati-hati karena dalam cuaca ekstrem arah angin bisa berbalik dan bisa mengurung personel. Jadi mematikannya dengan cara menyemprotkan air dari pinggir," katanya berbagi cerita mengenai pengalaman selama di lokasi kebakaran.

Kemudian, selain menyemprotkan air, ia bersama 167 personelnya juga membuat sekat kanal sejauh dua km dengan lebar sekitar 300 meter.

"Pekerjaan ini belum selesai karena masih banyak bentangan alam yang belum diberikan sekat kanal. Nanti pekerjaan ini akan dilanjutkan tim pengganti yang tiba hari ini. Saya yang tergabung dengan 1.050 personel Kostrad dipulangkan juga hari ini untuk penyegaran," kata pria kelahiran Minahasa, 17 Agutus 1975 ini.