Semangat baru Sunu gabung Timnas

id sunu wahyu, piala davis

Semangat baru Sunu gabung Timnas

Petenis Indonesia Sunu Wahyu Trijati mengembalikan bola ke arah lawannya petenis Iran Anoosha Shahgholi pada pertandingan kedua nomor tunggal Piala Davis Grup II Zona Asia/Oceania di Stadion Tenis Bukit Asam, Jakabaring, Palembang, Sumsel, Jumat (6/3

...tenis sudah menjadi bagian hidup. Seperti yang dikatakan ibu saya, mengapa mesti lari karena sejatinya kamu hidup oleh tenis dan tenis hidup oleh kamu...
Palembang (ANTARA Sumsel) - Pascakeluar dari Tim Nasional tahun 2012, nama Sunu Wahyu Trijati masih berkibar di kancah nasional dengan menempati posisi kedua atau tempatnya di bawah Christopher Rungkat.
    
Lantaran itu pula, sulit bagi Pengurus Pusat Persatuan Tenis Seluruh Indonesia untuk menepis Sunu dari pilihan untuk memperkuat Tim Nasional.
    
"Awalnya saya terkejut, kenapa dipanggil lagi padahal sudah memutuskan keluar dari pemusatan latihan nasional (pelatnas) tahun 2012. Tapi, lama-lama saya mengerti bahwa pemanggilan ini karena ada kekosongan pemain berpengalaman," kata Sunu yang dijumpai di Palembang, tempat pertandingan Piala Davis Grup II Zona Asia Oceania, Minggu (8/3).
    
Sunu pun mengaku tidak kuasa menolak pinangan PP Pelti untuk kembali mengikuti pelatnas sejak Januari 2015 untuk persiapan Indonesia mengikuti SEA Games 2015 di Singapura pada Juli mendatang, dan Piala Davis pada awal Maret 2015 dan berlanjut ke Juli dan September jika tim memetik kemenangan.
    
"Karena sudah memutuskan ingin kembali, maka saya memegang teguh komitmen untuk mengangkat prestasi Indonesia," ujar petenis 28 tahun ini.
    
Karena komitmen itu, ia yang tercatat sebagai karyawan Bank Sumsel Babel untuk cabang Jakarta terpaksa menata ulang jadwal keseharian. Beruntung baginya mendapatkan izin dari perusahaan dengan hanya mengharuskan untuk absen pada pagi hari.
    
"Jadwal latihan pagi dan sore bisa saya ikuti, dan lambat laun saya merasa kembali ke beberapa tahun silam. Semangat mulai tumbuh, begitu pula kepercayaan diri," ujar petenis yang memenangkan 21 kali kejuaraan ITF ini.

                                   Persoalan tenis
Petenis kelahiran Jakarta, 26 April 1987 ini sangat memahami persoalan dalam tenis Indonesia yang dihadapkan pada tidak berjalannya proses regenerasi atlet. 
    
Menurutnya, andai saja jumlah turnamen skala nasional dan internasional cukup banyak di dalam negeri maka permasalahan ini tidak akan melanda Indonesia dalam satu dekade terakhir. 
    
"Seharusnya, pada ajang Piala Davis yang saya ikuti ini, sudah ada satu atau dua atlet baru atau atlet yang belum sama sekali bermain di Davis. Tapi, saya lihat PP Pelti belum berani, karena merasa ini riskan sekali," ujar petenis yang mulai menganyunkan raket pada usia lima tahun ini.
    
Perkataan Sunu itu dapat diamini jika melihat capaiannya pada ajang Piala Davis di Palembang, Jumat (6/3). Meski sudah absen selama dua tahun, ia mampu membuktikan kualitasnya sebagai mantan petenis profesional yang sempat mencapai peringkat 800 dunia.
    
Sunu Wahyu Trijati akhirnya menuntaskan dendam empat tahun lalu, setelah berhasil mempecundangi petenis Iran Anoosha Shahgholi dalam tiga set (6-3, 6-1, 6-0) atas petenis yang pernah mengalahkannya pada ajang serupa pada 2011 di Teheran, Iran.
    
Kemenangan Sunu ini sekaligus mengikuti jejak rekan satu timnya, Chistopher Rungkat yang juga berhasil mempecundangi tunggal putra Iran Shahin Khaledan dalam tiga set langsung (6-2,6-1,6-0).
    
"Saya sempat gugup pada awal babak karena membutuhkan waktu untuk beradaptasi kembali pada pertandingan Piala Davis karena terakhir turun pada 2012 di Jakarta. Saya cari-cari permainan saya, dan akhirnya mulai ketemu pada pertengahan set pertama," ujar Sunu yang diwawancarai seusai pertandingan.
    
Ia mengatakan, penampilan lawan pada pertandingan ini tidak sebaik ketika mengalahkannya dalam lima set pada 2011, karena terlihat kesulitan menemukan irama permainan sendiri.
    
"Secara keseluruhan, lawan lebih berpengalaman dari saya. Tapi mungkin dipertandingan ini dia tidak menemukan apa yang dicari, berbeda dengan saya," kata dia.
    
Pada akhirnya, lawan harus mengakui keunggulan Sunu dalam permainan selama dua jam itu dengan skor 6-1 pada set pertama dan skor 6-0 pada set ketiga.  
    
Sementara, Pelatih Indonesia Roy Therik mengatakan kemenangan Sunu ini bisa dikatakan sebagai kejutan karena sempat meragukan penampilan pemain yang saat ini terlempar dari peringkat dunia.
    
Petenis Iran Anoosha Shahgholi ini tidak dapat dipandang sebelah mata, meski berperingkat 1.799 dunia tapi memiliki riwayat menang atas Sunu. Sementara, pasca rehat dari timnas tahun 2012, Sunu keluar dari peringkat dunia.
    
"Pasca tidak memperkuat Timnas sejak 2012, kemudia menikah serta fokus berkerja, sempat terbersit keraguan terhadap Sunu. Tapi, saya melihat ada yang lain dari Sunu, kehadirannya dalam tim nasional adalah sebuah bukti keseriusan dan komitmen tinggi jadi tidak salah jika saya memilih dia," kata Roy.  
     
                                                          Kiprah dinantikan
Kini kiprah Sunu membawa nama bangsa kembali dinantikan seiring dengan dipercaya kembali memperkuat Tim Nasional. 
    
Ia pun menyadari itu sehingga membulatkan tekat tak hanya sebagai pelengkap dalam tim nasional.
    
"Saya seorang atlet, tidak ada kata lain selain harus siap habis-habisan di lapangan dan di luar lapangan (latihan, red). Ini adalah komitmen saya setelah memutuskan kembali memperkuat Timnas," kata dia.
    
Ia berharap keberhasilan membalas kekalahan pada ajang Piala Davis dapat dijadikan pelecut semangat yang sempat luntur lantaran tidak masuk tim di SEA Games tahun 2011.
    
"Saya sempat kecewa, sehingga memutuskan rehat. Tapi, tenis sudah menjadi bagian hidup. Seperti yang dikatakan ibu saya, mengapa mesti lari karena sejatinya kamu hidup oleh tenis dan tenis hidup oleh kamu," ujar Sunu mengungkapkan perkataan penyemangat sang ibunda tercinta.