Penderita kolesterol risiko tinggi jantung jika konsumsi jeroan

id kolesterol,Ahli gizi,makanan sehat,jeroan,jantung,stroke,asam urat,berita sumsel, berita palembang, antara palembang

Penderita kolesterol risiko tinggi jantung jika konsumsi jeroan

Ilustrasi kolesterol (ANTARA/Shutterstock)

Jakarta (ANTARA) - Ahli gizi dari Institut Pertanian Bogor (IPB) Ali Khomsan mengatakan penderita kolesterol tinggi dan asam urat harus waspada dalam mengonsumsi jeroan karena bisa menyebabkan serangan jantung dan stroke. “Benar-benar harus dijauhi oleh orang-orang yang sudah diindikasikan oleh dokter asam uratnya tinggi atau kolesterolnya tinggi sehingga berpotensi akan terjadi serangan jantung atau stroke,” kata Ali saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Rabu.

Baca juga: Ternyata durian tidak mengandung kolesterol

Penderita asam urat dan kolesterol tinggi, menurut Ali, banyak diderita oleh usia paruh baya di atas empat puluh tahun. Pada usia ini tubuh sudah tidak mempunyai kemampuan untuk melakukan proses metabolisme dari makanan seperti jeroan.

Namun usia muda juga bisa terkena penyakit  tersebut jika membiasakan diri mengonsumsi makanan seperti jeroan secara berlebihan.

Baca juga: Benarkah telur bisa naikan kolesterol?

“Ketika orang muda membiasakan diri makan jeroan dan menjadi bagian dari kebiasaan hidupnya, maka mungkin dia akan terkena serangan jantung atau kena penyakit asam urat dalam waktu umur yang belum terlalu tua,” ucapnya.

Guru besar di bidang Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB itu mengatakan, mengolah jeroan dengan cara direbus atau dikukus lebih disarankan karena bisa mempertahankan nilai gizi lebih baik dibanding dengan cara digoreng.

Baca juga: Manfaat sayuran dan buah berwarna hijau
Baca juga: Panitia kurban diimbau tidak mencuci jeroan di sungai


“Kalau perebusan seperti kita membuat pepes, itu suhunya tidak terlalu tinggi sehingga dia bisa mempertahankan nilai gizi lebih baik dibandingkan kalau penggorengan,” jelas Ali.

Ia menjelaskan jika proses pemasakan dengan menggoreng suhunya bisa mencapai 180 derajat celcius, sehingga bisa merusak nilai gizi lebih tinggi.

Namun menurut Ali, setiap proses pemasakan pasti akan mengurangi nilai gizi, baik protein atau vitamin, sebanyak 20 sampai 30 persen. Hal ini wajar karena manusia cenderung menginginkan makanan yang mudah dicerna, enak dan tidak menyulitkan proses pengunyahan.

“Proses pengempukan itu kan terjadi karena pemanasan, jadi kalo berkurangnya protein 20 sampai 30 persen hal yang biasa dalam proses pemasakan. Demikian pula hilangnya vitamin-vitamin tertentu,” ucap Ali.