Jakarta (ANTARA) - PT Pertamina Hulu Energi (PHE) sebagai Subholding Upstream Pertamina yang menaungi wilayah kerja hulu di Indonesia dan luar negeri, melakukan aktivitas eksplorasi secara masif agresif untuk menemukan sumber daya migas baru sebagai upaya mempertahankan produksi.
"Ada tiga strategi utama sebagai inisiatif dalam eksplorasi antara lain berupa aset WK eksisting dimana kontribusi eksplorasi dibutuhkan dalam mempertahankan dan meningkatkan produksi migas eksisting. Selanjutnya strategi new ventures dimana Subholding Upstream Pertamina mencari potensi eksplorasi yang baru. Terakhir, strategi partnership untuk sharing risk & cost serta technology & knowledge transfer melalui akselerasi proses kerjasama dan joint bidding domestic serta luar negeri,’’ ujar Direktur Eksplorasi PHE Medy Kurniawan di Jakarta pada Senin.
Eksplorasi masif agresif juga telah ditunjukkan Subholding Upstream Pertamina dimana hingga Maret 2022 ini telah melakukan pemboran sebanyak dua sumur yaitu Sungai Gelam Timur-1 (SGET-1) dan Manpatu-1X yang menemukan sumber migas. Bahkan PHE juga sedang melakukan pemboran di Camelia-001, Sungai Rotan-1, BDA-2X, Wiela-001 di wilayah Sumatera dan Phoenix-1 di wilayah Kalimantan dengan rencana sepanjang 2022 akan dilakukan pemboran sumur eksplorasi sebanyak 29 sumur.
Selain itu PHE juga melakukan kegiatan new ventures di wilayah terbuka dalam pemenuhan Komitmen Kerja Pasti WK Jambi Merang (KKPJM). ‘’Kegiatan new ventures di wilayah terbuka ini bertujuan mendapatkan wilayah kerja eksplorasi baru untuk mencari potensi giant discovery,’’ ujarnya melalui keterangan tertulis
Inisiasi partnership dengan NOC/IOC melalui Joint Study Agreement (JSA) yang difokuskan pada Area of Interest hasil dari KKPJM sementara ini yang sudah ditemukan tujuh area dari kegiatan 2D seismik sepanjang 32.215 km dan 5 regional studi G&G meliputi dari 123 cekungan yang tersebar di Indonesia.
Dalam melakukan kegiatan eksplorasi, PHE menerapkan beberapa teknologi terkini antara lain 2D Seismic Broadband dengan panjang lintasan lebih dari 30.000 km yang merupakan Survei Seismic Offshore terpanjang di Asia Pasifik selama 10 tahun terakhir, 2D Vibroseis Acquisition di sub-vulkanik Jawa, Pseudo 3D Seismic Reprocessing, dan survei eFTG-FTG (Full Tensor Gradiometry).
Teknologi eFTG (enhanced) ini baru pertama kali digunakan di Indonesia dan dilakukan di wilayah Papua, tepatnya di Kepala Burung, dan survei FTG dilakukan di Akimeugah.
"Selain strategi new venture dan partnership di wilayah terbuka, penerapan teknologi tepat guna dibutuhkan dengan tujuan untuk mengurangi subsurface uncertainty sehingga target dapat tercapai," pungkas Medy.
Berita Terkait
Sebelum diringkus pengedar narkoba tabrak mobil polisi, seorang polisi patah tangan
Sabtu, 16 Maret 2024 10:22 Wib
Patahan Pegunungan Meratus akibatkan enam kali gempa di Kalsel
Minggu, 18 Februari 2024 23:35 Wib
Kasus narkoba masuk desa harus dicegah, di Kapuas Hulu tiga pengedar diringkus
Senin, 11 Desember 2023 21:02 Wib
SKK Migas-Medco E&P gelar worshop hulu migas di Palembang
Senin, 13 November 2023 20:13 Wib
Pertamina Hulu Energi meresmikan rumah pusat studi budi daya maggot
Selasa, 19 September 2023 20:46 Wib
SKK Migas ajak stakeholder industri hulu migas kolaborasi strategis
Selasa, 8 Agustus 2023 15:44 Wib
Komitmen jaga keharmonisan di tengah keberagaman di Kapuas Hulu
Kamis, 16 Maret 2023 16:33 Wib
SKK Migas mengintegrasikan pabrikan lokal untuk industri migas nasional
Senin, 23 Januari 2023 18:26 Wib