Sumatera Selatan (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera Selatan, memprakirakan cuaca buruk yang akan terjadi pada November sampai Maret 2022 dapat mengancam kerusakan lahan pertanian dan perkebunan sehingga diimbau para petani untuk tetap waspada.
Kepala Bidang Penanganan Kedaruratan BPBD Sumatera Selatan Ansori di Palembang, Sabtu mengatakan, selama periode tersebut
petani harus meningkatkan kewaspadaan sebab hujan disertai angin kencang berpotensi menjadi bencana banjir dan tanah longsor yang dapat merusak lahan petani
"Sudah ada laporan kerusakan lahan pertanian dan perkebunan karena banjir dan banjir bandang. Sudah terjadi hampir seluruh Sumsel namun jumlahnya sedang kami rekapitulasi," kata dia.
Petani perlu berkordinasi dengan BMKG setempat supaya waktu panen dan tanam dapat diperhitungkan dan terhindar dari dampak minor kondisi cuaca saat ini.
"Kordinasi ke BMKG sebagai salah satu bentuk kewaspadaan petani biar tidak salah mengaambil tindakan," katanya.
Berkaca dari kejadian bencana pada 2020, lanjutnya, tercatat seluas 5.319 Hektare (Ha) sawah yang terendam banjir. Seluas enam hektare sawah di antaranya mengalami kerusakan dan gagal panen, kemudian 281 Ha kebun terendam air.
Oleh karena itu kejadian tersebut menjadi gambaran tahun ini sehingga dampak kerusakan bisa ditekan.
"Tentu caranya harus ada komitmen bersama semua pihak dalam mengatasi bencana ini," ujarnya.
Sementara itu Kepala Dinas Pertanian dan Holtikultura Kabupaten Muaraenim Ulil Amri di Muaraenim, Sabtu mengatakan, dampak cuaca buruk seperti banjir dan longsoran sejauh ini belum mempengaruhi lahan pertanian secara signifikan, namun potensi terjadi tetap ada.
Hal tersebut dikarenakan sawah yang rawan mengalami banjir berada di kawasan hilir, sementara petani sudah melewati masa panen di antaranya kawasan Kecamatan Sungai Rotan dan Muara Belida.
Meski demikian bukan berarti petani terbebas dari kerusakan lahan, karena pertanian yang digarap ada sawah tanah lebak dan tadah hujan sehingga potensi banjir tetap ada.
"Petani kami minta mewaspadai potensi banjir karena saat ini curah hujan cukup tinggi," imbuhnya.
Demikian juga halnya dengan petani yang berada di wilayah hulu mulai dari Tanjung Enim hingga Kecamatan Semendo Raya saat ini sudah mulai menanam padi agar tetap waspada.
"Tetap diimbau waspada karena kawasan dataran tinggi juga rawan bencana. Kalau cuaca semakin memburuk bisa masa tanam mundur," ujarnya.
Guna mengeleminir potensi dampak bencana tersebut masyarakat diharapkan memperhatikan aliran pembuangan air atau penampungan air irigasi, anak sungai dan waduk.
Sebab lahan sawah di Muara Enim seluas 21.300 Hektare (Ha), rata-rata merupakan sawah rawa lebak tadah hujan dan irigasi yang sangat membutuhkan perawatan.
"Kalau sudah ada pendangkalan irigasi harus dibersihkan sehingga mampu maksimal menampung debit air saat hujan dan sirkulasi aliran air pun mnjadi lancar," tandasnya.
Berita Terkait
Dinas Pertanian OKU sebut stok pupuk mencukupi kebutuhan petani
Kamis, 25 April 2024 23:31 Wib
BPDPKS latih ratusan petani sawit di Sumsel tingkatkan hasil panen
Rabu, 24 April 2024 22:26 Wib
Bulog serap 500 ton beras petani OKU Timur
Minggu, 7 April 2024 22:03 Wib
OKU Timur masuki periode panen raya, Bulog setempat siap serap
Kamis, 4 April 2024 22:31 Wib
Meteri Andi Amran pastikan tambahan pupuk sudah disetujui saat Raker dengan DPR
Rabu, 13 Maret 2024 15:07 Wib
Seorang petani di Alor terseret ait bah saat pulang dari sawah
Selasa, 12 Maret 2024 11:56 Wib
Tiga tersangka pembunuhan berencana di OKU terancam hukuman mati
Kamis, 7 Maret 2024 13:49 Wib
Polres OKU tetapkan tersangka kasus pembunuhan berencana di Desa Kedaton
Senin, 4 Maret 2024 17:26 Wib