Kertas dari limbah kotoran gajah mengusung spirit pro-lingkungan

id gajah, kertas gajah,poo paper,KLHK,TSI Cisarua,lingkungan,pohon

Kertas dari limbah kotoran gajah  mengusung spirit pro-lingkungan

Sebuah buku agenda harian yang kertasnya dihasilkan dari dari limbah kotoran satwa gajah di Divisi Bidang Pertamanan Kompos dan Kertas, Lembaga Konservasi Satwa "eksitu" (di luar habitat alami) Taman Safari Indonesia (TSI) Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. ANTARA/HO-Humas TSI Cisarua/2021

Jakarta (ANTARA) - Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya Bakar pada 10 Juli 2019 menganugerahkan penghargaan Kalpataru yang bertepatan dengan Hari Lingkungan Hidup di Jakarta kepada sosok yang berkecimpung dengan limbah.

Sosok itu, adalah Sutarjo, seorang guru mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SMP Unggulan Indramayu, Jawa Barat.

Ia mendapat Kalpataru setelah menciptakan sebuah alat penyerap polusi udara yang dinamai Sarana Penyerap Polutan Udara, Jaga Gangguan, dan Dampaknya (Sappu Jagad), yang dibuatnya pada 2009.

Sutarjo membuat Sappu Jagad sejak mulai mengetahui dampak buruk pemanasan global terhadap bumi.

Di luar itu, kegiatan pro lingkungan Sutarjo adalah menggagas Gerakan Siswa Cinta Limbah.

Dengan gerakan itu, ia mengajak muridnya mencintai limbah. Para siswa dimintanya memanfaatkan air bekas cucian beras, daging, dan sayur, untuk menyiram tanaman di rumah masing-masing.

Ia juga mengolah pula limbah cucian piring, baju, dan sisa mandi, menjadi nutrisi hewan, di mana meski mengandung sabun, setelah diolah dengan sistem fermentasi, limbah itu rupanya berubah menjadi nutrisi yang tidak berbahaya bagi hewan.

Gambaran umum bila disebutkan limbah, sulit untuk dihindarkan dari soal-soal yang kumuh, kotor, jijik dan sejenisnya.

Secara umum yang disebut limbah adalah bahan sisa yang dihasilkan dari suatu kegiatan dan proses produksi, baik pada skala rumah tangga, industri, pertambangan, dan sebagainya

Namun, fakta yang ada juga membuktikan bahwa limbah apapun, khususnya yang tidak terkategori Bahan Beracun dan Berbahaya (B3), seperti kotoran satwa, dapat dimanfaatkan sekaligus punya nilai tambah ekonomi.

Contohnya, tidak sedikit di kawasan perdesaan yang tidak terjangkau listrik, biogas yang diolah dari kotoran sapi, bisa digunakan untuk energi listrik dan kebutuhan rumah tangga lainnya.


 
Tahapan pembuatan kertas dari limbah kotoran gajah di Lembaga Konservasi Satwa "eksitu" (di luar habitat alami) Taman Safari Indonesia (TSI) Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. ANTARA/HO-Humas TSI Cisarua/2021


Dibuat kertas

Salah satu pemanfaatan limbah dari kotoran satwa, khususnya gajah, sembilan tahun lalu (2012) telah digagas oleh Lembaga Konservasi Satwa "eksitu" (di luar habitat alami) Taman Safari Indonesia (TSI) Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Direktur TSI Cisarua, Tony Sumampau mengatakan, gagasan itu lahir untuk mengurangi penebangan pohon sebagai sumber utama bahan baku pembuatan kertas.

Pusat pengolahan kotoran gajah menjadi kertas yang diberi nama "Safari Poo Paper" itu diresmikan
Menteri Lingkungan Hidup saat itu, Prof Dr Balthasar Kambuaya, 9 September 2012.

Kotoran yang berasal dari tanaman yang dimakan gajah, menurut Tony Sumampau, terdapat serat yang tidak tercerna. Sehingga kotoran yang kaya serat itu, melalui proses pencucian dan tahapan selanjutnya kemudian bisa menjadi bahan kertas yang sangat baik.

Ia menceritakan juga bahwa gagasan itu juga didukung tim dari Institut Pertanian Bogor (IPB) yang menjelaskan proses menyaring kotoran hewan, dijadikan kompos, dan bisa digunakan untuk biogas.

"Tetapi khusus untuk kotoran gajah tidak terlalu bagus untuk biogas karena ada serat yang kasar, sampai kemudian ditemukan formula menjadi bahan kertas itu," tambahnya.

Sejauh ini, produk kertas "Poo Paper" dibuat buku agenda, lembaran kertas, dan bernilai ekonomi, yakni dijual untuk pengunjung di TSI Cisarua.

Petugas yang terlibat dalam pembuatan "Safari Poo Paper" Novrizal (39) yang akrap disapa Opik menyatakan saat ia dilibatkan dalam program itu merasa senang karena mendapat wawasan dan pengalaman baru.

Saat pertama kali mengolah kotoran satwa gajah menjadi kertas maupun proses pembuatan kompos, Opik bangga bisa turut andil secara tidak langsung dalam mengelola dan menjaga lingkungan.

"Meski mungkin skalanya kecil, namun kami ikut ambil bagian dari kegiatan yang pro terhadap lingkungan seperti ini," katanya.

Ia mengharapkan sebagai sarana edukasi, pada saat ada rombongan yang datang ke untuk melihat kegiatan proses pengolahan "Poo Paper" itu dirasakan kurangnya pemandu.

Humas TSI Cisarua Yulius H Suprihardo menambahkan bahwa selain delegasi asing, pejabat negara, rombongan Putri Indonesia pun juga mengunjungi Divisi Bidang Pertamanan Kompos dan Kertas, yang mengolah "Poo Paper" itu.


 

Berkembang

Apa yang digagas di TSI Cisarua itu, kini telah berkembang.

Adalah Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BP2LHK) Aek Nauli-KLHK di Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara yang melakukan hal serupa.

Menurut teknisi Penelitian dan Perekayasaan (Litkayasa) BP2LHK Aek Nauli yang menangani pengolahan limbah gajah Erwin Patriot Manik hingga kini kayu masih jadi bahan baku utama produksi kertas global.

Hal ini tentu saja berdampak bagi lingkungan dan keanekaragaman hayati sehingga untuk mengurangi dampak tersebut, pembuatan kertas menggunakan serat non-kayu menjadi solusi, salah satunya dari kotoran gajah seperti yang dilakukan BP2LHK Aek Nauli.

Dalam laporan Litbang KLHK Kotoran gajah merupakan limbah yang banyak ditemukan di Aek Nauli Elephant Conservation Camp (ANECC) yang berada di Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Aek Nauli.

Erwin menjelaskan mengolah kotoran empat ekor gajah yang ada KHDTK Aek Nauli untuk produk yang bermanfaat seperti kertas, menjadi peluang yang bagus dan bermanfaat.

Seekor gajah dapat menghasilkan hingga 240 pon (110 kg) kotoran per hari. Kotoran yang dihasilkan per hari ini dapat digunakan untuk memproduksi sekitar 265 lembaran kertas dengan ukuran rata-rata panjang 30 inci lebar 25 inci.

Kertas kotoran gajah umumnya dapat digunakan untuk membuat berbagai macam produk kertas, mulai dari kertas tulis biasa, buku harian, dan buku memo besar.

Meski mudah, dalam proses pembuatannya cukup banyak tahapan yang dilakukan, mulai dari tahapan awal berupa pengumpulan material berupa kotoran gajah, kertas bekas, karton, dan lainnya hingga penjemuran dan penyimpanan kertas yang sudah jadi pada lemari penyimpanan.

Tahapan itu memakan waktu hanya beberapa jam saja, tapi bisa juga seharian jika cuaca saat penjemuran kertas tidak mendukung.

Pengolahan limbah kotoran gajah menjadi kertas di BP2LHK Aek Nauli masih terus berjalan dan dikembangkan. Kertas yang dihasilkan masih berupa lembaran dengan berbagai ukuran dan warna. Ke depannya kertas tersebut akan dibuat lebih tebal, sehingga bisa dijadikan sebagai bahan untuk tas cendera mata atau paper bag .

"Nanti, paper bag ini selain untuk dipamerkan, juga bisa kita jual lewat koperasi kepada pengunjung yang datang, terutama pelajar dan mahasiswa," katanya.

Setidaknya, dengan upaya itu pihaknya sudah ikut mengajarkan kepada generasi muda untuk mengurangi sampah kantong plastik dengan penggunaan tas yang ramah lingkungan.

Saat ini limbah kotoran gajah di KHDTK Aek Nauli juga diolah menjadi pupuk kompos, sementara sisa pakan gajah (pelepah sawit) diolah menjadi kerajinan dan sebagian diolah menjadi asap cair.

Dua upaya yang dilakukan dari pemanfaatan limbah, sudah dilakukan di Kabupaten Bogor, Jabar dan Kabupaten Simalungan, Sumut.

Dari limbah kotoran gajah, gagasan positif telah dilahirkan, dan itu menjadi wujud nyata sumbangsih Indonesia terhadap gerakan pro-lingkungan.