Ekspor karet Sumsel jelajahi sejumlah negara

id karet,karet remah,uppb,ekspor karet sumsel,bps,bps sumsel

Ekspor karet Sumsel jelajahi sejumlah  negara

Petani memanen getah karet di Palembang, Sumatera Selatan, Jumat (31/1/2020). (ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/20)

Palembang (ANTARA) - Ekspor komoditas karet remah (crumb rubber) produksi petani Sumatera Selatan menjelajahi sejumlah negara di dunia dalam setahun terakhir.

Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Selatan Endang Tri Wahyuningsih di Palembang, Selasa, mengatakan, bahkan komoditas karet Sumsel ini dipastikan ada di negara-negara yang menjadikannya bahan baku untuk industri.

“Ini sesuatu yang membanggakan karena karet Sumsel itu ada di India, China, Vietnam, Belgia, Jepang, Korea Selatan hingga Amerika Serikat. Tidak hanya ke India dan China saja,” kata Endang.

Volume ekspor karet Sumsel pada Februari 2021 tercatat 84,05 ribu ton dengan nilai mencapai 135,10 juta dolar AS (USD).

Walau terjadi penurunan jika dibandingkan bulan sebelumnya, tapi secara nilai telah berkontribusi terbesar pada ekspor Sumsel.

“Tinggal lagi bagaimana menjaga mutu karetnya (bokar harus bersih). Ini yang menjadi tanggung jawab bersama, supaya ekspor karet ini bisa suistainble (berlanjut),” kata dia.

Kepala Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil Dinas Perkebunan Sumsel Rudi Arpian mengatakan pemprov berharap petani karet dapat memanfaatkan momentum kenaikan harga karet untuk memperbaiki mutu bokar dengan menghasilkan bokar yang bersih.

Unit Pengolahan dan Pemasaran Bokar (UPPB) menjadi salah satu pilihan tepat bagi kelompok tani karet sebagai sarana bagi petani untuk meningkatkan mutu karetnya.

Pembentukan UPPB memberikan beberapa manfaat, diantaranya, adanya aturan yang disepakati secara musyawarah, meningkatnya mutu bokar petani melalui pemasaran bersama, meningkatkan posisi tawar bagi petani, media komunikasi petani agar dapat turut serta dalam program-program pengembangan karet rakyat.

“Kebiasaan-kebiasaan lama harus diubah agar mutu karet semakin baik, sehingga nilai tawar juga meningkat,” kata dia.

Saat ini petani karet di Sumatera Selatan semakin tertarik membentuk UPPB karena dinilai lebih menguntungkan sehingga total tercatat mencapai 268 unit.

Syarat pembentukan UPPB yakni memiliki luasan kebun setidaknya 100 Hektare dan produksi lateks minimal 800 kilogram karet kering setiap tiga hari.

Para kelompok tani juga harus memiliki bangunan UPH/gudang dan sarana kerja peralatan pengolahan sederhana, berupa bak pembeku, alat timbangan 500 kilogram, bahan penggumpal anjuran dan lantai jemur.

“Mereka juga harus memiliki tenaga teknis (penyadapan, pembelian, pasca panen, pengawas mutu bokar) yang berasal dari salah satu anggota yang sudah terlatih,” katanya.

Rudi mengatakan pemasaran bokar melalui UPPB masuk dalam kategori pemasaran terorganisir. Alurnya, petani dalam UPPB dapat menjual hasil panen melalui sistem kemitraan dan lelang kepada pabrik pengolah atau eksportir.

Sementara dalam pemasaran tradisional, petani harus melewati rantai penjualan ke pedagang desa, pedagang besar, pool pabrik pengolah untuk kemudian berakhir di pabrik pengolah.

“Salah satu tujuan UPPB adalah memperpendek rantai pasar yang cukup panjang juga meningkatkan nilai tambah bagi petani karet,” kata dia.