Jakarta (ANTARA) - Pakar Penerbangan sekaligus President Director Aviatory Indonesia Ziva Narendra Arifin menilai seharusnya maskapai Garuda Indonesia bisa membuktikan komponen biaya yang menyebabkan harga tiket pesawat meroket saat ini melalui laporan keuangan.
“Garuda ini ‘flag carrier’, ujung tombak tanah air, apalagi perusahaan yang sudah Tbk, go public, mestinya bisa menjustifikasi bukti kepada publik lewat laporan keuangan, ini bukti biaya kami naik,” kata Ziva kepada Antara di Jakarta, Kamis.
Ziva menambahkan kesempatan itulah yang seharusnya dimanfaatkan Garuda untuk menunjukkan kepada masyarakat terkait penyebab harga tiket naik.
“Ini seharusnya kesempatan bagi Garuda yang sudah Tbk, untuk menyampaikan melalui Rapat Umum Pemegang Saham ataupun auditnya, alasan di balik nainnya harga tiket dibanding maskapai-maskapai yang swasta,” katanya.
Menurut dia, masyarakat saat ini belum terinformasi dengan baik terkait adanya kenaikan tiket yang justru diinilai menuju ke keseimbangan baru atau harga normal.
Dia menjelaskan bahwa pada beberapa tahun lalu maskapai berlomba untuk menawarkan harga tiket semurah-murahnya, bahkan sangat bersaing dengan moda angkutan lain, seperti darat dan laut.
“Sehingga terlanjut tercipta euforia, wah tiket pesawat sangat murah bahkan sudah bisa sangat bersaing dengan transportasi darat dan laut, realitanya beda, bahkan di Negara Eropa dan Amerika, perbedaan tiket pesawat dan kereta sangat besar, bahkan ada yang lebih mahak kereta,” katanya.
Untuk itu, lanjut dia, dibutuhkan inovasi bagi maskapai-maskapai untuk menciptakan strategi pemasaran yang baik agar masyarakat masih berminat karena pada kenyataannya tiket penerbangan internasional jarak dekat lebih murah ketimbang penerbangan domestik.
Pada kesempatan berbeda, Direktur Niaga Garuda Pikri Ilham Kurniansyah mengatakan saat ini Garuda mulai memikirkan sumber pendapatan nontiket (ancillary revenue), yakni dari kargo, iklan dan pemasangan jaringan internet nirkabel (wifi).
“Jadi kalau Garuda, pendapatan Garuda itu kalau dari tiket paling untung dua persen sehingga antisipasinya dari ‘ancillary revenue’ dari kargo misalnya. Sebagai contoh, satu stiker kecil di pesawat itu udah puluhan miliar harganya. Iklan kita besar sekali. Iklan di TV kita juga besar,” katanya.
Pikri mengatakan Garuda akan mengubah konsep bisnisnya dari hanya jual tiket menjadi jualan merk.
“Garuda selama ini kalau kerja sama kan bayar, kalau sekarang Garuda dibayar,” katanya.
Saat ini tiket pesawat masih dinilai mahal apalagi jelang musim ramai Lebaran 2019, untuk itu pemerintah, dalam hal ini, Kementerian Perhubungan akan mengevaluasi struktur biaya penerbangan untuk menurunkan tarif batas atas (TBA) pesawat.
Ia memastikan pada pekan depan tarif batas atas penerbangan sudah diturunkan.
“Oleh karenanya dalam satu minggu ini saya akan melakukan suatu pembahasan, perhitungan, dan dasar-dasarnya. Saya akan laporkan kepada Menko Perkeonomian. Itu pada Senin tarif batas atas itu akan kita turunkan. Pasti akan kita turunkan,” katanya.
Berita Terkait
Wings Air: Dugaan pesawat hilang kontak di Pulau Flores tidak benar
Senin, 22 April 2024 14:45 Wib
Presiden Jokowi tinjau pasar dan RSUD dalam kunjungan kerja ke Jambi
Rabu, 3 April 2024 10:35 Wib
Rusia diduga acak sinyal GPS pesawat RAF bawa Menhan Inggris
Jumat, 15 Maret 2024 11:02 Wib
Tim SAR gabungan terus mencari kotak hitam pesawat Smart Aviation
Senin, 11 Maret 2024 11:46 Wib
KNKT rilis laporan insiden pilot-kopilot tertidur
Sabtu, 9 Maret 2024 13:15 Wib
Pesawat perintis rute Tarakan-Binuang hilang kontak
Jumat, 8 Maret 2024 15:40 Wib
Ribuan warga saksikan pameran pesawat TNI AU di Lanud SM Herlambang Palembang
Senin, 4 Maret 2024 19:54 Wib
Enam tewas dalam kecelakaan pesawat di Kanada
Kamis, 25 Januari 2024 18:00 Wib