Palembang sebagai kota tertua di Indonesia terancam kehilangan nilai sejarah

id kondisi peninggalan sejarah di kota palemabng,peninggalan kerajaan sriwijaya,peninggalan sejarah di palembang kurang ter,nilai sejarah,kota palembang,

Palembang sebagai kota tertua di Indonesia terancam kehilangan nilai sejarah

Gedung bersejarah Jacobsen Van Den Berg di  Jalan Depaten Baru  Kelurahan 28 Ilir Kecamatan Ilir Barat II Kota Palembang. (Antara News Sumsel/Aziz Munajar)

....Dunia sudah mengakui Bukit Seguntang sebagai titik awal sekaligus peninggalan Kerajaan Sriwijaya, tapi jika ada orang luar yang ingin menelitinya hanya dapat kekecewaan karena bentuknya sudah tidak asli lagi....
Palembang (ANTARA) - Kota tertua di Indonesia yakni Palembang terancam kehilangan nilai sejarahnya akibat modifikasi dan penghancuran situs-situs peninggalan bersejarah secara masif.

Ketua Masyarakat Sejarawan Indonesia yang juga Dosen Sejarah Universitas Sriwijaya (Unsri) Palembang Dr. Farida Wargadalem di Palembang, Kamis mengatakan salah satu peninggalan sejarah yang terancam tersebut Bukit Seguntang.

"Dunia sudah mengakui Bukit Seguntang sebagai titik awal sekaligus peninggalan Kerajaan Sriwijaya, tapi jika ada orang luar yang ingin menelitinya hanya dapat kekecewaan karena bentuknya sudah tidak asli lagi," ucapnya.

Menurutnya saat penggubahan bentuk Bukit Seguntang pada 2018, prosesnya tidak melibatkan para ahli dan sejarawan, sehingga terjadi pelanggaran berat terhadap sejarah karena pemerintah membuat bangunan permanen di bawah bukit.

Padahal meletakan satu pot bunga saja sudah mengurangi nilai sejarah Bukit Seguntang, lanjutnya.

Selain Bukit Seguntang, disinyalir masih banyak situs peninggalan sejarah yang terancam keberadaanya bahkan beberapa diantaranya telah hilang, kondisi tersebut membuat nilai sejarah Kota Palembang berstatus 'merah'.

Sementara perhatian dari pemerintah kota maupun provinsi dirasa belum maksimal, sebaliknya bahkan cenderung menggusur lokasi-lokasi bersejarah dengan alasan pembangunan.

"Sudah banyak kalangan lintas elemen yang mendukung agar ada pembenahan terhadap peninggalan sejarah di Kota Palembang, kami sedang berusaha membuka pembicaraan dengan Pemerintah Provinsi Sumsel," jelas Dr. Farida.

Menurutnya keprihatinan sejarawan dan peneliti bukan tanpa alasan, karena di tengah globalisasi pesat saat ini generasi muda kurang dibentengi kepedulian terhadap sejarah, artinya bukan tidak mungkin Kota Palembang yang sudah berusia 1.336 tahun akan kehilangan jejak sejarahnya jika pembiaran terus berlanjut.

"Kepedulian itu bisa diajarkan lewat pendidikan dan usaha-usaha bersama menjaga cagar budaya yang ada, dengan tidak menambah atau mengurangi keadaan aslinya," ujarnya.

Ia mengklaim bahwa kalangan peneliti di Asia Tenggara sudah menyampaikan dukungan agar nilai sejarah di Kota Palembang tetap dijaga dan terus digali peninggalannya.

Selain dikenal sebagai lokasi Kerajaan Sriwijaya, Kota Palembang juga sudah diakui sebagai titik 0 bangsa melayu dunia dengan bukti prasasti berbahasa melayu yang ditemukan pada abad ke-7, berharap pemerintah semakin peduli terhadap terjaganya peninggalan sejarah.