Ekonomi Indonesia tumbuh kuat di tengah volatilitas 2023

id ekonomi tumbuh,volatilitas,volatilitas 2023,berita palembang, berita sumsel

Ekonomi Indonesia tumbuh kuat di  tengah volatilitas 2023

Ilustrasi Pertumbuhan Ekonomi (humasprovkaltara) (humasprovkaltara/)

Jakarta (ANTARA) - Tahun 2023 merupakan jalanan yang terjal karena diwarnai dengan ketidakpastian dan gejolak global.

Belum sepenuhnya pulih dari dampak pandemi COVID-19, dunia dihadapkan pada perang antara Rusia dan Ukraina yang tak kunjung berakhir, ketegangan geopolitik di Timur Tengah, dan pasar keuangan global yang bergejolak.

Pertumbuhan ekonomi global terutama di negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Inggris masih berjalan lambat.

International Monetary Fund (IMF) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global akan melambat dari tahun 2022 sebesar 3,5 persen (yoy) menjadi 3,0 persen (yoy) pada 2023 dan 2,9 persen (yoy) pada 2024.

Inflasi di negara-negara maju juga masih bertahan tinggi, seperti Amerika Serikat yang masih jauh dari target 2 persen.

Demikian pula dengan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau Federal Funds Rate (FFR) yang masih bertahan tinggi dalam waktu yang lama dan telah mengalami kenaikan beberapa kali sepanjang 2023.

FFR diperkirakan baru akan mengalami penurunan paling cepat pada Maret 2024. Itu pun jika pertumbuhan ekonomi AS semakin baik dan inflasi dapat semakin dikendalikan ke dalam sasaran.

Belum lagi, perang Ukraina dan Rusia yang sampai saat ini masih berlangsung menyebabkan kenaikan harga komoditas energi dan pangan.

Selain itu, pemulihan ekonomi Tiongkok yang awalnya diperkirakan dapat melaju cepat seusai penghapusan Zero Covid Policy, namun ternyata  belum bisa melonjak seperti perkiraan.

Meskipun menghadapi ketidakpastian global, ekonomi Indonesia pada triwulan III-2023 tetap mampu tumbuh kuat sebesar 4,94 persen secara year on year (yoy), meski melambat dari triwulan sebelumnya sebesar 5,17 persen (yoy).

Kuatnya pertumbuhan ekonomi domestik utamanya didorong oleh permintaan domestik yang solid, tercermin pada kuatnya konsumsi rumah tangga serta meningkatnya investasi di tengah turunnya pengeluaran pemerintah dan kinerja ekspor, masing-masing karena pergeseran belanja pegawai dan penurunan nilai ekspor maupun impor sejalan dengan perlambatan ekonomi global.