Balai DAS Musi targetkan rehabilitasi 40.000 hektar lahan di hulu Sumsel

id rehabilitasi hutan, lahan kritis das sumsel

Balai DAS Musi  targetkan rehabilitasi 40.000 hektar lahan di hulu Sumsel

Kepala BPDASHL Musi, Siswo. (Foto : ANTARA/Aziz Munajar/20).

Palembang (ANTARA) - Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung (BPDASHL) Musi menargetkan rehabilitasi seluas 40.000 hektar lahan di daerah hulu sungai Wilayah Sumatera Selatan (Sumsel) selama rentang 2020 hingga 2024.

Kepala BPDASHL Musi, Siswo di Palembang, Sabtu, mengatakan pihaknya akan melakukan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) seluas 3.100 untuk tahap pertama pada 2020.

"RHL yang kami lakukan berupa penanaman pohon dari jenis kayu-kayuan dan buah-buahan, tapi sekarang masyarakat cenderungnya ingin yang buah-buahan seperti jambu air, manggis, kelengkeng, rambutan dan duku," jelas Siswo.

RHL tahap pertama seluas 3.100 hektar difokuskan di wilayah lahan kritis di Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU), OKU Selatan, Pagaralam, Lahat, dan Muara Enim. Selain itu pihaknya akan membagikan 100.000 bibit kepada masyarakat untuk ditanam mandiri.

Menurut dia lahan kritis DAS di Sumsel mencapai 769.134 hektar yang memiliki tutupan vegetasi hanya 25 persen dengan tingkat erosi pada level tinggi hingga sangat tinggi.

Luas lahan krisis itu 7,9 persen dari total 7,9 juta hektar di wilayah tiga prioritas DAS Musi meliputi DAS Musi, DAS Lalan, dan DAS Lumpur.

Dari keseluruhan DAS prioritas, sebanyak 6,2 juta hektar diantaranya mencakup DAS Musi yang bertopografi perbukitan struktural di wilayah hulu berbatasan langsung dengan batahan besar Sumatera dan di wilayah hilir merupakan bagian cekungan besar Sumatera dengan 1,8 juta ekosistem lahan gambut.

Jika memperhatikan karakteristik DAS Musi, sebut dia erosi dan longsor menjadi potensi kebencanaan paling tinggi yang ada di wilayah hulunya, sedangkan wilayah tengah hingga hilir Sumsel cenderung rawan banjir.

"Wilayah rawan banjir ditandai dengan sungai yang berbelok-belok, bentuk DAS Musi sendiri cenderung membulat menandakan run off dan tin of concentration yang lambat, sehingga air hujan dari hulu lebih agak lama untuk sampai ke hilir," terang Siswo.

Sementara vegetasi tutupan di hulu terus mengalami kerusakan akibat aktifitas penebangan, kekeringan dan bencana alam yang terjadi sejak puluhan tahun lalu sehingga lahan kritis dikhawatirkan terus meluas serta semakin banyak wilayah hilir terdampak banjir.

"Perkembangan pusat-pusat pemukiman perkotaan di wilayah DAS Musi memang banyak berada pada wilayah-wilayah banjir, misalnya Kota Palembang, nah supaya dampaknya tidak semakin parah maka hulu nya harus diperbaiki," jelas Siswo.