Jakarta (ANTARA News Sumsel) - Peneliti nuklir Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) Djarot Sulistio Wisnubroto menyebut masih ada keraguan yang cukup tinggi di kalangan pemerintahan terhadap teknologi nuklir.
Djarot di Jakarta, Sabtu, mengatakan Batan kebetulan memiliki sejumlah produk pertanian hasil riset dan pengembangan teknologi nuklir, salah satunya varietas padi dengan teknik mutasi radiasi, yang hanya dapat dimanfaatkan secara lebih luas jika berkolaborasi dengan kementerian terkait.
Namun sayang, menurut dia, hingga dirinya tidak lagi menjabat sebagai Kepala Batan belum juga berhasil menemui Menteri Pertanian (Mentan) untuk berkolaborasi memajukan pertanian di Indonesia dari hasil-hasil riset instasi penelitiannya.
"Saya pernah bertemu Pak Luhut (Menko Bidang Kemaritiman), beliau langsung menyambungkan ke Mentan tapi kebetulan tidak bisa juga,"ujar dia.
Selanjutnya di sektor energi, ia mengatakan teknologi nuklir juga masih sulit menembus kebijakan bauran energi nasional. Pada akhirnya Batan hanya bisa mengambil posisi sebagai "technical support organization" (TSO).
Keraguan, menurut dia, tidak hanya terjadi pada pemerintahan di tingkat pusat. Sering kali kepala daerah juga mengemas isu energi nuklir ini dengan bahasa yang tidak jelas, salah satunya seperti yang terjadi di Nusa Tenggara Barat (NTB). Pada akhirnya yang terjadi adalah kegagalan seperti di Jepara dan Batam.
"Jadi kesimpulan saya, apakah nuklir ini dibutuhkan oleh Indonesia atau tidak?" kata Djarot.
Namun ia mengatakan di sisi lain pihak pronuklir selalu menganggap Batan terlalu sering mengambil sikap menunggu, tidak proaktif. Persoalannya ketika Batan mencoba lebih proaktif dikhawatirkan kejadiannya akan seperti di Bangka-Belitung, ketika telah mengeluarkan dana hingga Rp150 miliar untuk feasibility studies (FS) pada akhirnya tidak dapat dilanjutkan.
Deputi Bidang Pendayagunaan Teknologi Nuklir Batan Hendig Winarno mengatakan pihaknya akan mencoba betul-betul menjadi provider teknologi, TSO, "clearing house of nuclear technology" di 2019. Batan ingin semakin "membumikan" teknologi nuklir.
"Saya sekali 'kompori' pusat diseminasi supaya menyosialisasikan benih padi hasil mutasi radiasi lebih banyak, dari 2.000-3.000 hektare (ha) saya bilang coba sampai 10 atau 20 kali lipatnya, sehingga padi dari hasil teknologi nuklir ini benar-benar bisa dimanfaatkan," ujar dia.
Untuk di sektor kesehatan juga sama. Dirinya berharap radioisotop renogram untuk pemeriksaan fungsi ginjal tidak hanya dimanfaatkan untuk dua rumah sakit saja, harus diperbanyak agar produksi tidak merugi.
"Saya bilang 10 rumah sakit, karena dari segi isotopnya tentu merugi kalau hanya membuat untuk dua rumah sakit saja, sekecil-kecilnya ya untuk 10 rumah sakit lah," ujar dia.
Berita Terkait
Bulog OKU terangkan alasan beras SPHP naik Rp12.500/Kg
Selasa, 7 Mei 2024 18:36 Wib
Harga emas Antam turun lagi jadi Rp1,310 juta per gram
Senin, 6 Mei 2024 9:48 Wib
Harga beli TBS di Bengkulu Rp2,57 ribu per kilogram
Jumat, 3 Mei 2024 19:49 Wib
KPK periksa saksi kasus dugaan harga fiktif jual beli lahan di PTPN XI
Jumat, 3 Mei 2024 16:21 Wib
Mendag minta importir percepat suplai untuk tekan harga gula
Kamis, 2 Mei 2024 17:02 Wib
Harga emas Antam meroket jadi Rp1,327 juta per gram
Kamis, 2 Mei 2024 10:18 Wib
Harga emas Antam turun jadi Rp1,325 juta per gram
Senin, 29 April 2024 9:40 Wib
Harga CPO Jambi turun Rp845 per kilogram jadi Rp12.055
Minggu, 28 April 2024 5:00 Wib