Mendamba Pupuk Ritel di Pusri Mart

id Pusri,petani karet,berita sumsel,berita palembang,pupuk pusri,pupuk tanaman karet

Mendamba Pupuk Ritel di Pusri Mart

Surono, petani karet Desa Sigam Kayal Sari Kecamatan Gelumbang, Kabupaten Muaraenim, menabur pupuk di sekitar tanaman karetnya, Jumat (27/4). (ANTARA News Sumsel/Dolly Rosana)

....Kami sangat mendambakan adanya Pusri Mart, karena harga ada kepastian dan tidak ada permainan agen, dan bisa membeli sesuai kemampuan karena kami dengar ada kemasan yang beratnya 5 Kg, 10 Kg dan 15 Kg....
PT Pupuk Sriwidjaja (Pusri) berencana membuka Pusri Mart di setiap kabupaten di Sumatera Selatan untuk menyediakan pupuk ritel bagi para petani. Rencana ini disambut gembira oleh petani bermodal kecil yang selama ini mendambakan pupuk eceran.

Setidaknya kegembiraan itu sudah dirasakan Surono, petani karet dan sayur mayur di Desa Sigam Kayal Sari, Kecamatan Gelumbang, Muaraenim, Sumatera Selatan.

Saat diajak berbincang di kebunnya, Jumat (27/4), Surono yang sedang meracik pupuk, dengan antusias menyatakan rencana itu sangat bagus jika nantinya ada depot yang bakal menjual pupuk eceran. "Enak itu, dengan uang sedikit tapi kami sudah bisa beli pupuk," kata Surono.

Sembari tangannya dengan cekatan menyampur pupuk urea, NPK, dan KCL dalam ember plastik, petani berusia 47 tahun ini menuturkan kesulitannya selama ini dalam mendapatkan pupuk.

Betapa tidak, pupuk urea bersubsidi dikemas dalam karung isi 50 Kg seharga Rp110.000. Pupuk bersubsidi ini juga terbatas karena diperoleh berdasarkan alokasi kelompok tani. Bila jatah pupuk bersubsidi tak mencukupi, Surono terpaksa membeli pupuk komersil seharga Rp280.000/50 Kg, untuk tambahannya. Pupuk itu juga masih membutuhkan campuran pupuk NPK dan KCL dengan harga masing-masing Rp13.000/Kg.

Sebenarnya, ia masih bisa mendapatkan pupuk subsidi, dengan cara membeli di agen pupuk yang ada di kampungnya dengan menggunakan kartu anggota kelompok tani. Tapi mirisnya, saat membeli pupuk bersubsidi di agen, Surono juga harus membeli paket lain yang sudah ada NPK dan KCL di dalamnya. "Jika tidak begitu, dikatakan habis, atau apalah," kata dia.

Dalam satu kali pemupukan, Surono harus mengeluarkan uang Rp400.000 untuk memupuk 500 batang karet. Menurut Surono, pemupukan bisa membuat produksi getah bertambah dan kulit batang karet jadi lembut sehingga mudah disadap. Idealnya, pemupukan dilakukan sebulan sekali. Sayangnya, dana yang terbatas membuat Surono hanya bisa memberi pupuk batang karetnya enam bulan sekali.

"Karena mahalnya harga pupuk ini, terkadang banyak petani yang tidak melakukan pemupukan, apalagi di tengah harga karet yang jatuh seperti saat ini hanya Rp8.000 per kg. Dalam satu hektare jika dirata-rata hanya mendapatkan keuntungan bersih Rp800.000 per bulan," kata dia.

Tingginya biaya pupuk di tengah anjloknya harga karet, mendorong Surono dan sejumlah petani karet lain, mengalihkan sebagian kebun mereka menjadi kebun sayur.

Surono sendiri mengorbankan satu hektare kebun karetnya untuk ditanami sayur mayur seperti oyong dan cabai. Alasannya, menanam sayuran cukup membantu mendapatkan uang dengan modal awal Rp5 juta untuk membeli benih dan lainnya.

Sama seperti karet, tanaman sayuran pun butuh dipupuk agar mendapatkan hasil panen memuaskan. Bahkan, sayuran butuh pemupukan lebih sering, sehingga Surono mau tak mau harus membeli pupuk komersil. Dari panen oyong, Surono mendapatkan keuntungan bersih Rp3,5 juta satu kali panen dalam masa tiga pekan. Karena itu, ia dapat menyambung hidup di tengah jatuhnya harga karet.

Penjualan pupuk dalam kemasan besar yang tersedia saat ini, jelas membuat proses bercocok tanam yang dilakukan Surono tersendat. Tak heran, warga Dusun III Desa Sigam Kayal Sari ini benar-benar berharap Pusri merealisasikan rencana membuka cabang Pusri Mart di kabupatennya, agar persoalan pupuk tak lagi menjadi beban baginya. "Ringan juga jika beli eceran," ujar Surono.

Bicara soal pupuk, Ketua Kelompok Gapoktan Tani Makmur Kabupaten Gelumbang, Maryanto, mengatakan, jatuhnya harga karet membuat petani sangat mengandalkan pupuk subsidi bantuan pemerintah karena harganya yang relatif murah. Namun, tingginya permintaan membuat alokasi pupuk subsidi dibatasi sehingga mau tak mau petani juga harus membeli pupuk komersil di agen.

"Terkadang kami kesal, harga sering dimainkan agen. Jika beli pupuk subsidi, dikatakannya habis. Jika ada, harus beli paket dengan pupuk-pupuk lain. Kami berharap di kampung kami ada penjual resmi pupuk dari Pusri sehingga mereka tidak bisa memperdaya kami seperti ini," kata Maryanto yang kebun karetnya berdekatan dengan kebun milik Surono.

Kesulitan para petani ini diakui Kepala Dusun III Desa Sigam Kayal Sari, Sahbihis. Ia mengatakan, terbatasnya stok pupuk subsidi dan mahalnya harga pupuk komersil, menjadi kendala sebagian besar petani di dusunnya. Apalagi saat ini harga karet sedang jatuh, jauh dari harga ideal Rp10.000 per kg.

"Istilahnya, pupuk perut dulu, baru pupuk tanaman. Yang bisa memupuk tanaman itu, biasa hanya petani yang berduit saja untuk saat ini," kata dia.

Meski demikian, sebagian petani tetap berupaya agar tanamannya dipupuk karena terkait juga dengan volume getah yang dihasilkan. Jika hasil karet hanya sedikit, artinya akan bertambah rugi.

"Selama ini cara memupuknya ya seperti itu, dicampur urea, NPK, dan KCl. Jika ada yang satu paket, tentu lebih enak bagi petani, apalagi bila harganya lebih murah," kata dia.

Sahbihis juga tak membantah jika selama ini petani, untuk upaya mendapatkan pupuk bersubsidi, sering dipaksa agen membeli paket yang di dalamnya sudah ada urea, KCl, dan NPK dengan total Rp200.000 per paket, padahal jika hanya membeli urea bersubsidi hanya Rp110 ribu. Jika tidak begitu, maka petani tidak akan diberi pupuk bersubsidi karena agen juga ingin menjual produk mereka. Sejauh ini, dari empat agen pupuk yang ada di desanya, tak satu pun yang menjual pupuk kemasan eceran untuk urea.

"Oleh karena itu, kami sangat mendambakan adanya Pusri Mart, karena harga ada kepastian dan tidak ada permainan agen, dan bisa membeli sesuai kemampuan karena kami dengar ada kemasan yang beratnya 5 kg, 10 kg dan 15 kg," ujar dia.

Terkait persoalan pupuk ini, Gapoktan juga tidak dapat berbuat apa-apa karena petani pun kesulitan menyisihkan uang untuk dana talangan membeli pupuk. Seharusnya, Gapoktan bisa membeli pupuk dalam jumlah banyak menggunakan dana talangan dari petani sehingga harga bisa lebih murah.
 
Pusri Mart memang sebaiknya segera direalisasikan di tingkat kabupaten agar Surono dan kawan-kawannya tidak senasib dengan Kirom Djaenal, warga Desa Tambangan Kelekar, Kecamatan Gelumbang, Kabupaten Muaraenim. Tak mampu lagi membeli pupuk, Kirom bahkan sudah satu tahun terakhir tidak memupuk kebun karetnya.

"Saya biarkan, mau bagaimana lagi. Uang tidak ada beli pupuk. Tiap bulan hanya dapat Rp750.000 dari lahan karet satu hektare. Saya pun berpikir mau pindah usaha kebun sayur saja," kata dia.

Terkait persoalan yang dihadapi petani  PT Pusri saat ini telah menjual produk kemasan ritel untuk memenuhi kebutuhan pupuk nonsubsidi di tingkat petani.
 
Petugas pemasaran Toko Tani Pusri Mart Palembang di Kecamatan Kalidoni, Yoan Kaswandari, memberikan penjelasan ke calon pembeli, Jumat (27/4). Di Pusri Mart dijual pupuk urea nonsubsidi 1 kg Rp9.000, 5 kg Rp33.000, 10 kg Rp63.000, 25kg Rp 127.000, dan 50 kg Rp227.000, selain itu ada juga pupuk NPK dan produk pertanian lainnya. (ANTARA News Sumsel/Dolly Rosana)

Direktur Utama PT Pusri Palembang Mulyono Prawiro, ketika diwawancarai, mengatakan, perusahaan sejauh ini telah menyediakan pupuk dalam kemasan ritel mulai dari 1 kg hingga 25 kg di pasaran.
 
"Ini adalah inovasi cara penjualan kami, dulu penjualan dalam jumlah besar, kini disediakan kemasan ritel untuk memudahkan petani ketika kekurangan pupuk," kata dia.

Mulyono mengemukakan inovasi ini untuk merespon kenyataan bahwa alokasi pupuk bersubsidi dari pemerintah selalu terbatas padahal pada saat tertentu petani butuh ketersediaan pupuk, yang mana dibeli dari pupuk nonsubsidi.  

"Sejauh ini pupuk kemasan ritel sudah dipasarkan ke berbagai toko pertanian, tidak hanya di distributor Pusri. Yang jelas, pasti ada di Pusri Mart, yakni di gudang open storage Komplek Pusri, GPP Palembang, GPP Martapura, dan GPP Lubuk Linggau," kata dia.
 
Toko Pertanian Pusri Mart Jalan RE Martadinata Kecamatan Kalidoni Palembang. (ANTARA News Sumsel/Dolly Rosana)

Pupuk kemasan ritel juga merupakan strategi Pusri untuk menghadapi masuknya produk pupuk pesaing dari luar negeri yang menawarkan harga lebih murah.

Oleh karena itu, PT Pusri dalam waktu dekat akan melaunching Pusri Mart di tiap kabupaten mengingat sejauh ini baru ada di tiga lokasi, Palembang, Lubuklinggau dan Martapura.

Pusri Mart merupakan toko penjualan yang menyediakan berbagai jenis kebutuhan pertanian seperti pupuk. Pupuk yang dijual di sini adalah pupuk komersil (non subsidi) antara lain pupuk urea, NPK 15-15-15, NPK 12-12-17-2, NPK 13-6-27-4+0, 6B.
 
Selain itu, juga tersedia berbagai produk inovasi pertanian seperti benih padi, jagung, cabai, pupuk hayati, decomposer, pupuk mikro, bio pestisida, nutrisi hidroponik, serta produk pestisida yang berkualitas lainnya.

Sementara itu, Direktur Utama PT Pupuk Indonesia (Persero) Aat Asikin Idat, pada satu kesempatan, mengatakan, perusahaan pupuk milik pemerintah harus cepat merespon perubahan pasar, terkait kebutuhan konsumen akan pupuk berkualitas dan berharga murah.

Saat ini bisnis pupuk urea sangat tergantung dengan harga gas, sedangkan harga gas industri masih di kisaran 6 dolar AS per MMBTU. Di sisi lain, para pesaing sudah memakai gas dengan harga 4 dolar AS per MMBTU. Sedangkan, produksi pupuk urea di pasaran internasional juga melebihi permintaan sehingga peluang untuk merambah ke pasar dalam negeri menjadi semakin besar, bahkan harganya bisa lebih murah. Jadi, bagi Pusri pun, program Pusri Mart merupakan strategi pemasaran yang efektif.

"Semoga saja, pada tahun ini sudah ada Pusri Mart di tiap kabupaten," kata dia.

Pupuk menjadi kebutuhan utama petani demi suksesnya panen. Di tengah masa sulit anjloknya harga karet, mereka tetap berupaya memuliakan tanaman. Semoga upaya petani ini membangkitkan semangat Pusri untuk terus menjaga ketahanan pangan dalam negeri dengan merealisasikan Pusri Mart di setiap kabupaten. (D019/I016)