Sumatera menjadi titik kaya keanekaragaman hayati

id Pulau Sumatera,keanekaragaman hayati,berita palembang,berita sumsel,TFCA-Sumatera,Samedi,hewan dilindungi,tanaman langka

Sumatera menjadi titik kaya keanekaragaman hayati

Arsip- Hutan di Sumsel. (ANTARA Sumsel/Nova Wahyudi/dol/17)

Jambi (Antaranews Sumsel) - Direktur Program Tropical Forest Conservation Action for Sumatera (TFCA-Sumatera) Samedi mengatakan, kawasan hutan di Pulau Sumatera menjadi titik kaya keanekaragaman hayati sehingga perlu dilestarikan dan diselamatkan.

"Hutan di Sumatera banyak sekali keanekaragaman hayati sehingga dari kacamata internasional hutan di Sumatera sangat penting, jadi kalau ada program donor dari luar mereka (negara donor) maunya ke Sumatera," katanya di Jambi, Selasa.

Pulau Sumatera dari segi ekologi, kata Samedi, banyak menyimpan biodeversity yang sangat tinggi atau hampir 80 persen berada di hutan Sumatera yang menjadi paru-paru dunia.

Keangekeragaman hayati menurut dia, menjadi masa depan manusia atau sumber pangan dan industri juga sangat bergantung pada keanekaragaman hayati.

"Sumatera sangat kaya terhadap itu, dan belum lagi ada spesies endemik dari primata dan empat spesies primata besar ada di Hutan Sumatera," katanya menjelaskan.

Namun ditengah tingginya keanekaragaman hayati itu, juga saat ini fenomena ancaman terhadap keberlangsungan hutan di Sumatera juga cuku tinggi terutama dari segi hidrologi akibat deforestasi.

"Hutan di Sumatera dari sisi hidrologi atau 29 persen rusak, dan itu dapat dilihat pada beberapa daerah kalau musim hujan dengan cepat banjir dan saat musim kemarau langsung kekeringan," katanya menjelaskan.

Dalam memulihkan atau pun mempertahankan kawasan hutan yang masih tersisa di Sumatera itu, program TFCA atau yang disebut juga program aksi nyata konservasi hutan tropis Sumateramyang ditujukan untuk melestarikan kawasan hutan tropis di Sumatera yang tingkat deforestasinya sangat tinggi.

Program TFCA-Sumatera itu melalui skema pengalihan utang untuk lingkungan (debt-for-nature swap) yang dibuat oleh Pemerintah Amerika Serikat dan Pemerintah Indonesia.

Dana yang terkumpul dari program tersebut pada saat itu atau tahun 2009 adalah sebesar 30 juta dollar AS dan pada tahun 2014 terdapat amandemen untuk menambahkan sekitar 12,6 juta dolar AS untuk program konservasi spesies.

"Program itu untuk pemgelolaan hutan yang berkelanjutan dan bisa memproteksi kawasan hutan agar status dan fungsi hutan itu ada, apa yang kita intervensi membagi menjadi empat komponen lebijakan yang pro terhadap lingkungan," katanya menambahkan.
(T.KR-DDS/B.S. Hadi)