Pertamina konsisten kembangkan energi baru terbarukan

id Pertamina, energi baru, energi terbarukan, Elia Massa Manik, energi panas bumi, tenaga surya, energi konvensional

Pertamina konsisten kembangkan energi baru terbarukan

Dokumentasi- Solar panel pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Jakabaring Sport City (JSC) Palembang. (ANTARA Sumsel/Nova Wahyudi/dol/17)

Jakarta (ANTARA Sumsel) - PT Pertamina (Persero) secara konsisten mengembangkan energi baru dan terbarukan bagi masyarakat Indonesia memasuki usianya ke-60 tahun pada 10 Desember 2017.

Direktur Utama Pertamina Elia Massa Manik dalam rilis di Jakarta, Kamis mengatakan pihaknya terus menyiapkan diri mengantisipasi kebutuhan energi baru terbarukan di masa depan.

"Mengantisipasi kebutuhan energi terbarukan di masa depan, perusahaan sudah sejak lama menjalankan operasi di bidang energi baru terbarukan yaitu panas bumi," ujarnya.

Menurut dia, baru-baru ini Pertamina menambah kapasitas terpasang pembangkit panas bumi sebesar 55 MW setelah beroperasinya proyek Ulubelu Unit 4.

Saat ini total kapasitas terpasang panas bumi Pertamina menjadi 587 MW.

Massa menyatakan, tidak hanya  panas bumi, Pertamina juga siap berpartisipasi di bidang energi terbarukan seperti panel surya, angin, mikrohidro, green diesel, bahkan mungkin sampai ke bisnis penyimpanan (storage) dalam jangka menengah.

Perusahaan pun terus membuka diri untuk bekerja sama dengan para pemain eksisting, pemerintah, serta berbagai pihak lainnya untuk dapat mengakselerasi kemampuan Pertamina.

"Kami siap melakukan 'partnership', berinvestasi atau 'chip-in' di perusahaan lain yang mempunyai atau telah mengembangkan teknologi sebelumnya. Melalui acara Pertamina Energy Forum (PEF) 2017 ini lah, sejatinya Pertamina ingin membuka peluang pengembangan bidang 'sustainable and renewable energy', salah satunya dengan belajar, bekerja sama, dan bertukar wawasan dengan para ahli dan pembicara di forum ini," ujar Massa dalam PEF di Jakarta, Selasa (12/12).

Ia menambahkan saat ini penyediaan sumber energi, baik energi konvensional maupun energi baru dan terbarukan yang dikelola Pertamina sudah lebih efisien, bersih dan efektif.

Menurut Massa, kesadaran akan pentingnya energi terbarukan di kalangan internasional juga makin meningkat.

"Untuk itu, Pertamina ingin memastikan diri untuk berada di baris terdepan," ujarnya.

Dari perspektif internasional, lanjutnya, terdapat kesepakatan PBB untuk mengatasi dampak perubahan iklim yang dituang dalam Perjanjian Paris (Paris Agreement) pada 2016.

Saat ini, bahan bakar berstandar Euro 4 dan Euro 5 pun sudah semakin lazim diterapkan di berbagai negara, karena lebih ramah lingkungan.

"Di dalam negeri, pemerintah Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo sudah berkomitmen untuk mengurangi emisi rumah kaca hingga 29 persen pada 2030," katanya.

Pemerintah telah berupaya meningkatkan kontribusi energi terbarukan dalam bauran energi nasional ke level 23 persen pada 2025 dari tujuh persen pada 2016.

Pemerintah juga memiliki visi untuk beralih dari bahan bakar fosil ke energi bersih dan hijau untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di masa depan.

"Jadi, ini lah tantangan untuk kita karena Kementerian ESDM dan Kementerian Lingkungan Hidup secara konsisten ingin mendorong energi terbarukan ini untuk memiliki peran yang lebih besar pada masa yang akan datang. Kami juga menyambut baik standar pemerintah untuk menuju ke standar Euro 4 pada 2021. Kami juga mulai meng-'upgrade' kilang-kilang dalam mengantisipasi hal ini," jelas Massa.

Dengan berkurangnya pemakaian bahan bakar fosil yang hampir dapat dipastikan akan tergantikan oleh energi terbarukan di masa depan, maka bisnis energi terbarukan diperkirakan akan semakin meningkat.

Menurut dia, investasi pembangkit listrik tenaga surya dan pembangkit tenaga angin diperkirakan akan mendominasi masa depan penyediaan energi secara global.

Diperkirakan pula, lanjutnya, pada 2017 hingga 2040 akan ada dana sebesar tujuh miliar dolar AS dalam rangka pengembangan dua energi tersebut.

Bisnis energi terbarukan akan semakin tumbuh pesat, dengan adanya digitalisasi, katanya.

"Sekarang ini pun, bisnis 'renewable energy' telah tumbuh sangat pesat, berkat sokongan dari kemajuan teknologi. Dari sisi hulu, biaya pembangkitan listrik berbasis 'renewable energy' menjadi semakin murah. Di sisi penyimpanan, banyak pebisnis yang ikut bermain di bidang baterai, dan bahkan baru-baru ini pembangunan kompleks baterai sebesar 100 MW di Australia telah rampung. Di sisi hilirnya, perkembangan kendaraan listrik ataupun 'hybrid' juga sangat lah signifikan. Ke depannya, tren ini akan terus tumbuh secara eksponensial," jelas Massa.