Lombok (Antarasumsel.com) - Muatan balik angkutan barang dalam Program Tol Laut perlu digenjot karena selama ini tingkat keterisiannya dinilai relatif belum maksimal, kata seorang pejabat Kementerian Perhubungan.
Kepala Bagian Organisasi dan Hubungan Masyarakat Lollan AS Panjaitan dalam diskusi Lokakarya Forum Wartawan Perhubungan di Lombok, Jumat mengatakan hal itu merupakan salah satu tantangan agar kelancaran distribusi barang tidak hanya dari Barat ke Timur untuk menekan disparitas harga, saja tetapi juga sebaliknya.
"Apabila muatan barang dari Timur ke Barat juga terisi, maka tentunya ini akan efisien," katanya.
Dia menuturkan salah satu solusi yang ditawarkan, yakni dengan mendirikan pusat logistik "Rumah Kita" di sejumlah titik strategia di Wilayah Timur yang dikelola oleh dengan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).
"Rumah Kita ini sebagai pusat konsolidasi logistik, barang dari Jawa bisa ditampung di situ baru didistribusikan ke daerah-daerah lain, kemudian komoditas dari daerah juga bisa disimpan di Rumah Kita untuk diangkut ke Pulau Jawa," katanya.
Lolla menjelaskan hal itu merupakan amanta dari Penyempurnaan Perpres Nomor 106 Tahun 2016 Tentang Penyelenggaraan Kewajiban Pelayana Publik Untuk Angkutan Barang di Laut.
"Dari yang sebelumnya muatan dari kapal dari Jawa ke Luar Jawa diubah menjadi dari dan ke Jawa, sehingga dapat dimanfaatkan untuk muatan balik," katanya.
Saat ini, lanjut dia, tingkat keterisian angkutan barang tol laut masih di kisaran 70 persen.
Menurut dia, dibutuhkna koordinasi antarkementerian/lembaga, seperti Kementerian Perdagangan serta pemerintah daerah untuk mendorong peningkatan komoditas wilayah setempat agar bisa menambah nilai ekonomi.
"Sinergitas semakin diuji, pemda juga seharusnya mendorong para pelaku usaha di daerah untuk meningkatkan produktivitasnya," katanya.
Dia menyebutkan sejumlah lokasi Rumah Kita telah diserahkan kepada BUMN untuk dikelola, di antaranya Nias dan Mentawai (Pelindo I), Natuna dan Tahuna (Pelindo II), Dompu-Waingapu-Rote-Kalabahi (Pelindo III), Nabire-Tobelo-Sebatik-Tidore dan Sangatta/Lhoktuan (Pelindo IV), Morotai-Saumlaki-Manokwari-Timika (Pelni), Merauke dan Namlea (ASDP).
Lollan menjelaskan saat ini Trayek 3, yaitu Tanjung Perak-Larantuka-Lewoleba-Rote-Sabu-Waingapu PP merupakan trayek yang paling efektif, sementara itu trayek yang belum beroperasi secara optimal yaitu Trayek 6, yakni Tanjung Priok-Tarempa-Natuna PP.
Selain masih rendahnya tingkat keterisian muatan, dia mengatakan pihaknya juga menyoroti sejumlah catatan, di antaranya pemanfaatan belum sampai kepada masyarakat luas serta ketersediaan alat bongkar muat yang kurang.
Berita Terkait
Seorang dokter tersapu ombak saat mancing di laut
Selasa, 23 April 2024 13:08 Wib
TNI AL siapkan KRI Halasan uji tembak rudal pada Latopslagab 2024
Kamis, 18 April 2024 15:00 Wib
RI resmi beli dua unit kapal selam Prancis, produksinya di PT PAL
Jumat, 5 April 2024 2:05 Wib
Kejar bandar narkoba di laut, Polairud didukung peralatan IT lengkap
Rabu, 20 Maret 2024 11:36 Wib
TNI AL dan Angkatan Laut AS godok materi Latma CARAT 2024
Sabtu, 16 Maret 2024 21:47 Wib
China janji lanjutkan negosiasi Laut China Selatan dengan negara ASEAN
Kamis, 7 Maret 2024 16:33 Wib
Kopaska latihan peperangan khusus di Selat Sunda sampai 10 Maret 2024
Kamis, 7 Maret 2024 14:51 Wib
Cara TNI jaga kawasan laut IKN
Selasa, 5 Maret 2024 15:05 Wib