Penulis dunia berkumpul refleksikan keragaman budaya

id Ubud Writers and Readers Festival

Penulis dunia berkumpul refleksikan keragaman budaya

Ubud Writers and Readers Festival (Antarasumsel.com/Grafis/Aw)

Denpasar (ANTARA Sumsel) - Para penulis dunia akan berkumpul di Ubud, Gianyar untuk merefleksikan keragaman dunia dalam ajang "Ubud Writers and Readers Festival" pada 3-7 Oktober 2012.

Festival ini lahir setelah tragedi Bom Bali pertama pada 2002, yang semula dilatarbelakangi adanya keinginan untuk menguatkan tali persaudaraan dan menunjukan keragaman budaya kita kepada dunia, kata Direktur sekaligus pendiri Ubud Writers and Readers Festival Janet DeNeefe dalam keterangan persnya yang diterima di Denpasar, Rabu.

Ia menyampaikan, selain penulis, dalam ajang tersebut juga dihadiri para penikmat dan pemikir seluruh pelosok dunia.

Ajang tahunan ini menjadi suatu serambi bagi para penulis dan pembaca untuk saling bertukar pikiran dan mengenal keragaman budaya masing-masing, ujarnya.

Menurut dia, sebuah karya tulis memiliki kekuatan yang dapat mengangkat bahkan mengubah sesuatu.

Janet DeNeefe mengatakan pihaknya mendatangkan para pemikir dunia bersama dengan penulis-penulis Indonesia untuk membahas, mendebatkan, dan merayakan seni kesusastraan. Dengan cara tersendiri dalam memperingati peristiwa itu setiap tahunnya," katanya.

Para penulis dan tokoh kenamaan dunia, lanjut dia, akan turut terbagi kisah dengan para pembaca dan penulis lainnya.

Ia menyebut nanti ada  John Pilger yakni seorang jurnalis asal Australia yang telah meliput banyak peperangan dan konflik antarnegara.

Jhon akan berbagi pengalaman tentang apa yang mendorongnya untuk menguak kebenaran, walaupun orang lain masih takut untuk melihat, ucap Janet.

Sementara untuk tokoh dari Indonesia akan hadir Todung Mulya Lubis, salah seorang advokat hukum yang dihormati di negara ini akan duduk bersama Jose Ramos-Horta dalam suatu diskusi mengenai pergolakan di masa lalu Timor Leste dan tentang masa depan dari negara tersebut serta masih banyak pembicara penting lainnya, ujarnya.

Terkait dengan tahun ini yang merupakan tonggak memperingati 10 tahun bom Bali, Janet merasa senang karena  telah berhasil mengumpulkan suara-suara yang berani mencari dan menyatakan kebenaran.
(ANT-KR-LHS/Z003)