Palembang (ANTARA Sumsel) - Mutu produk olahan karet asal Sumatera
Selatan harus ditingkatkan karena saat ini muncul pesaing baru di pasar
internasional, yakni Vietnam, Myanmar, dan Thailand.
Kepala Bank Indonesia Wilayah VII Sumatera Selatan Hamid Ponco di
Palembang, Jumat, mengatakan, peningkatan mutu olahan ini menjadi salah
satu upaya mendongkrak harga karet di tingkat petani.
"Petani harus didorong menghasilkan produk olahan karet yang
bersih, karena selama ini produk asal Sumsel ini citranya kurang bagus,
karena kotor. Padahal jika bisa lebih bersih maka harganya juga lebih
tinggi," kata dia.
Produk olahan karet petani kerap dicampur dengan kotoran seperti
ranting pohon, daun, dan lainnya karena dianggap akan menambah berat
bongkahan karet.
"Cara seperti ini sudah berlangsung selama bertahun-tahun sehingga
harga di tingkat petani tergolong rendah karena pabrik pembeli harus
mengeluarkan biaya tambahan untuk membersihkannya," katanya.
Sementara itu, Deputi Kepala Kantor Bank Indonesia Wilayah VII
Sumatera Selatan Juli Budi Winantya menambahkan, selain memperbaiki mutu
olahan getah karet, petani juga harus mau meningkatkan nilai tambah
dari produk yang dihasilkan untuk keluar dari himpitan ekonomi akibat
anjloknya harga jual.
"Pelemahan ekonomi yang terjadi saat ini jangan membuat petani
karet menyerah, tapi menjadi pelecut untuk maju. Sebenarnya, ini saat
yang tepat mulai membuat produk yang memiliki nilai tambah, atau tidak
sebatas menjual bongkahan olahan getah saja selama puluhan tahun," kata
Juli.
Ia mengatakan, petani karet di Sumsel dapat mencontoh petani karet
di Jambi yang mampu membuat bongkahan olahan getah menjadi berbentuk
lembaran.
"Dengan diolah sekitar dua pekan, bongkahan karet yang harganya
hanya Rp4.000 hingga Rp5.000 per kg saat ini bisa menjadi Rp15.000 per
kg jika sudah diolah berbentuk lembaran," kata dia.
Menurutnya, pola ini dapat dijadikan solusi dibandingkan berdiam
diri menanti perekonomian dunia membaik seperti yang terjadi di tahun
2011.
Pada tahun itu, harga getah karet bongkahan mencapai Rp25 ribu
hingga Rp30 ribu per kg karena tingginya permintaan luar negeri sebagai
dampak pertumbuhan ekonomi di Tiongkok yang mencapai 9,2 persen.
Kini, di tengah pelemahan ekonomi dunia yakni Tiongkok yang hanya
menargetkan pertumbuhan ekonomi dikisaran 7,2 persen tahun ini, Juli
mengatakan petani karet Sumsel harus bangkit dari keterpurukan dengan
mau mencoba membuat industri olahan getah karet.
Berita Terkait
BPJS Kesehatan Palembang maksimalkan transformasi mutu layanan
Jumat, 8 Maret 2024 22:42 Wib
Pemkab OKU Timur luncurkan Program Cemerlang pacu mutu pendidikan
Rabu, 27 Desember 2023 14:02 Wib
Kemenkes: Program pengampuan RS untuk meningkatkan mutu pelayanan
Senin, 11 September 2023 12:32 Wib
Kemendikbud: Sukseskan Asesmen Nasional tingkatkan mutu pendidikan
Sabtu, 12 Agustus 2023 10:38 Wib
35 PTKIS Sumbagsel berkomitmen wujudkan sistem penjamin mutu
Senin, 17 Juli 2023 12:58 Wib
BPJS Kesehatan Palembang tingkatkan mutu pelayanan dan tambah faskes
Sabtu, 4 Maret 2023 20:59 Wib
Kendaraan melebihi baku mutu emisi kena tambahan pajak
Selasa, 8 November 2022 15:01 Wib
Kabupaten OKI terapkan tanda tangan elektronik tingkatkan mutu pelayanan
Kamis, 3 November 2022 20:09 Wib