Praktisi: Membatik itu bisa untuk "Terapi" sabar

id batik, membatik, terapi, kesabaran, praktisi batik, ponorogo

Praktisi: Membatik itu bisa untuk "Terapi" sabar

Batik (FOTO ANTARA)

....Membatik itu memang memerlukan kesabaran, sekaligus melatih kesabaran. Semua pembatik di sini, saya lihat orangnya sabar-sabar....
Ponorogo, (ANTARA Sumsel) - Praktisi batik asal Ponorogo Mariana mengemukakan bahwa membatik bisa digunakan sarana "terapi" agar seseorang bisa bersikap sabar.

"Membatik itu memang memerlukan kesabaran, sekaligus melatih kesabaran. Semua pembatik di sini, saya lihat orangnya sabar-sabar," katanya ketika ditemui Antara di Ponorogo, Jawa Timur, Sabtu.

Ia mengemukakan saat mengikuti suatu acara budaya di Mesir pada 2005, dirinya mendapati anak dari seorang kepala sekolah yang berperangai keras. Orang tua si anak berinisiatif mengikutkan anaknya pada kegiatan belajar membatik.

"Si kepala sekolah melihat bahwa membatik itu memang membutuhkan ketelatenan atau kesabaran. Sayangnya si anak tidak mau ketika disuruh orang tuanya belajar membatik," kata penerima anugerah Upakarti bidang pengabdian ini.

Mantan angota DPRD Kabupaten Ponorogo ini mengemukakan bahwa karena memerlukan kesabaran, maka pekerjaan membatik itu tidak bisa ditekan atau ditarget bisa menghasilkan berapa lembar dalam setiap waktu.

"Membatik itu tidak bisa 'ngoyo' (memaksa diri) karena hasilnya pasti tidak bagus. Makanya, untuk batik tulis memang tidak bisa ditarget harus selesai berapa hari atau berapa minggu," katanya.

Sementara praktisi pendidikan yang juga budayawan asal Ponorogo, Dr Sutejo MHum, mengatakan sangat masuk akal jika dikatakan membatik itu bisa untuk terapi atau melatih seseorang untuk bersikap sabar.

"Membatik itu kan memerlukan ketekukan dan melatih fokus. Saya pernah membaca artikel bahwa narapidana dilatih bermain gamelan di Inggris. Tujuannya sebagai terapi dan melatih kerja sama yang baik antarsesama pemain (narapidana)," kata penulis yang telah menghasilkan 20 judul buku ini.

Dosen Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Ponorogo ini mengemukakan bahwa semua hal yang berkaitan dengan kesenian, khususnya tradisional banyak sekali yang mengandung nilai-nilai luhur untuk melatih kepekaan dan sikap sabar.

"Saya kira dunia pendidikan harus memperhatikan dan memanfaatkan kesenian tradisional untuk menanamkan karakter santun kepada anak didiknya. Selain tentunya juga melestarikan kekayaan budaya bangsa," ujarnya.