Jerusalem, (ANTARA/Xinhua-OANA) - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Senin (18/5) mengatakan Israel akan melanjutkan pembangunan rumah di seluruh Jerusalem, termasuk Jerusalem Timur --tempat rakyat Palestina bermaksud membangun ibu kota buat negara masa depan mereka.
Netanyahu berbicara selama sidang khusus parlemen untuk memperingati "Hari Jerusalem", yang diciptakan untuk menandai "penyatuan kembali" kota tersebut setelah Israel mencaplok bagian timurnya dalam Perang Timur Tengah 1967.
Status Jerusalem dan pembangunan permukiman Yahudi di Jerusalem Timur, tempat tinggal 300.000 orang Arab, adalah masalah inti dalam konflik Palestina-Israel.
Satu peraturan yang disahkan oleh Israel pada 1980 merujuk Jerusalem sebagai "ibu kota tak terpisahkan Israel", tapi pencaplokan Israel atas Jerusalem Timur tidak diakui oleh masyarakat internasional.
"Selama 48 tahun terakhir, kota Jerusalem yang disatukan kembali telah menjadi 'ibu kota Israel', begitulah keadaannya selama ini dan begitulah kondisinya nanti," kata Netanyahu di dalam pidatonya.
"Pendekatan saya sederhana --kami membangun di Jerusalem," kata Netanyahu, sebagaimana dikutip Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Selasa siang. Ia menambahkan ia selama beberapa bulan belakangan telah memerintahkan dilanjutkannya pembangunan di Permukiman Har Homa dan Maale Hazeitim, Gilo, Ramat Shlomo dan Pisgat Zeev di Jerusalem Timur.
Saat memberi sambutan pada pertemuan terbuka, Ahad (17/5), Netanyahu mengatakan Jerusalem sejak dulu selalu menjadi ibu kota Yahudi saja, bukan bangsa lain.
Pernyataannya segera dicela oleh Palestina. Juru Bicara Presiden Palestina Mahmoud Abbas, Nabil Abu Rudeineh, mengatakan kepada kantor berita Palestina, Wafa, pada Senin bahwa takkan ada perdamaian dan kestabilan di Timur Tengah kecuali rakyat Palestina dapat memiliki Jerusalem Timur sebagai ibu kota mereka.
Abu Rudeineh memperingatkan pernyataan Netanyahu memperlihatkan langkah selanjutnya adalah bentrokan diplomatik; Palestina berpaling ke badan internasional untuk menggagalkan kebijakan merusak dari pemerintah Israel.
Ketegangan telah meningkat antara orang Palestina dan Yahudi dalam beberapa bulan belakangan di Jerusalem dan Tepi Barat Sungai Jordan akibat macetnya proses perdamaian pada April 2014. Telah terjadi puluhan serangan, kebanyakan di Jerusalem dan sekitarnya, serta di sekitar permukiman Yahudi di Tepi Barat.
(T.C003/A/Chaidar)
Berita Terkait
Sekolah TK dibuka di Jalur Gaza meski gelombang serangan Israel masih berlangsung
Minggu, 5 Mei 2024 12:35 Wib
Hamas tuntut tanggung jawab kematian warga Palestinadi penjara Israel
Jumat, 3 Mei 2024 15:25 Wib
Serangan Rafah akan musnahkan kans normalisasi hubungan Israel-Saudi
Jumat, 3 Mei 2024 11:43 Wib
Temui Netanyahu, AS tegaskan penentangan atas serangan Israel di Rafah
Kamis, 2 Mei 2024 12:24 Wib
Kolombia putus hubungan dengan Israel akibat "genosida" di Jalur Gaza
Kamis, 2 Mei 2024 11:41 Wib
AS para menteri Arab bahas gencatan senjata Gaza, solusi dua negara
Selasa, 30 April 2024 10:30 Wib
Arab desakkan investigasi internasional kejahatan Israel di Gaza
Senin, 29 April 2024 10:43 Wib
Inggris sebut perlu sistem pertahanan udara mirip kubah besi Israel
Kamis, 25 April 2024 11:30 Wib