Belajar Bermakna ala Serat Wedhatama

id serat wedhatama,belajar,pesantren,berita palembang, berita sumsel

Belajar Bermakna ala Serat Wedhatama

Sejumlah santri dari pondok pesantren di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, menjalani skrining HIV (Human Immunodeficiency Virus) sebagai salah satu upaya pencegahan penularan penyakit HIV di aula kantor Kementerian Agama Kabupaten Kudus, Jumat (1/12/2023). (ANTARA/Akhmad Nazaruddin Lathif)

Orang yang tidak punya ilmu akan menjalani hidup dalam kesusahan, kegelapan, tersesat, salah, tak akan mampu membedakan mana kebaikan, mana keburukan, mana benar mana salah, dan predikat negatif lainnya
Belajar gigih jelas lebih bermakna dengan menjalani suatu masalah daripada sekadar membaca buku atau simulasi saja.

Kelima, perbuatan buruk (nafsu) buruk. Dalam konsep ini, nafsu adalah penghalang utama untuk mendapatkan ilmu. Sikap setia dan budi (tingkah laku dan perilaku baik) menjadi cara utama untuk mengikis dan menaklukkan nafsu buruk itu.

Cara untuk mengikis nafsu itu dengan mengurangi makan, mengurangi tidur, mengurangi berbicara. Nafsu itu seperti bayi yang masih menyusu. Jika dibiarkan, maka bayi itu akan ketagihan hingga dewasa, namun jika disapih, maka ia akan menjadi dewasa.

Bagaimana cara menyapih nafsu? Pada bayi, cara menyapih dilakukan dengan mengoleskan zat yang membuat rasa ASI menjadi pahit, sehingga bayi me-lepeh-kan sedotannya. Rasa pahit ASI adalah menu yang diberikan agar bayi berhenti menyusu.

Demikian juga kepada nafsu, cara menyapihnya adalah dengan memberikan asupan yang pahit (tidak enak) kepada nafsu itu. Artinya, menu yang pahit bagi nafsu itu adalah agar supaya nafsu menyelaraskan diri kepada kehendak Allah, mau melakukan metamorfosis dari nafsu rendah ke terpuji.

*) Sugiarso adalah Koordinator Papuan Bridge Program PT Freeport Indonesia dan Mahasiswa Program Doktor Teknologi Pendidikan Universitas Negeri Surabaya