Membahayakan seisi dunia
Faktanya, Israel tak menepis skenario perang yang lebih luas. Bahkan sejak hari pertama agresi di Gaza, Israel tak saja mengerahkan personel dan aset militer mereka ke Gaza, tapi juga ke sepanjang perbatasan Israel-Lebanon dan Dataran Tinggi Golan di Suriah.
Lantas, pada 26 Desember, di depan parlemen Israel, Menteri Pertahanan Yoav Gallant mengingatkan negaranya di ambang menghadapi perang di berbagai "front" karena menurutnya Israel tak hanya diserang dari Gaza, tapi juga dari Lebanon, Suriah, Tepi Barat, Irak, Yaman, dan Iran.
Namun demikian, skenario perang kawasan merumitkan siapa pun, termasuk Iran dan Israel sendiri, bahkan Amerika Serikat yang menjadi patron abadi Israel.
Iran tak ingin membuka konflik lebih luas, di antaranya karena tak mau mengorbankan hubungan dengan negara-negara Arab. Lagi pula Iran mungkin berpikiran, jika bisa memanfaatkan proksi-proksinya, mengapa harus terlibat langsung dalam perang.
Negara-negara Arab sendiri tak tertarik menceburkan diri dalam perang kawasan, apalagi mereka pernah gagal menyingkirkan rezim Bashar Al-Assad di Suriah yang didukung Iran dan gagal menginstal kembali pemerintahan Sunni di Yaman. Perang-perang yang tak dimenangkan Arab ini malah mengisap energi mereka.
Demikian juga dengan Amerika Serikat. Keterlibatan lebih jauh di Timur Tengah akan membahayakan posisi politik Presiden Joe Biden dalam kaitannya dengan Pemilu 2024.
Setiap nyawa serdadu Amerika yang tercabut dalam perang di Timur Tengah bisa menghilangkan dukungan kaum progresif Amerika Serikat yang selama ini meminta negaranya menciptakan perdamaian di Gaza dan Timur Tengah.
Tapi, seandainya Perang Gaza meluas, apalagi jika sampai menciptakan kondisi yang mengharuskan negara-negara Timur Tengah memilih antara ikut memerangi Israel atau tidak, maka perang jenis ini akan membahayakan dunia secara keseluruhan, termasuk karena dampaknya terhadap harga minyak global.
Bagaimana jika dalam perang itu Iran memblokade Selat Hormuz, seperti Rusia memblokade Laut Hitam dalam perang melawan Ukraina, yang memicu krisis pangan global?
Menurut Carnegie Endowment for International Peace, Timur Tengah menghimpun 31,3 persen dari total produksi minyak dunia. Hampir seluruh produksi minyak kawasan ini dikirimkan melalui laut yang harus melewati dahulu Selat Hormuz.
Saat Rusia yang menguasai 13 persen produksi minyak dunia, dijatuhi sanksi oleh Barat, pasokan minyak dunia saja sudah terpangkas hebat sampai kemudian melambungkan harga minyak yang lalu menciptakan krisis energi dan inflasi global.
Bayangkan jika itu terjadi pada kawasan yang memproduksi minyak tiga kali lipat lebih banyak dari yang dihasilkan Rusia? Ini pasti kabar buruk untuk seisi dunia.
Dengan semua gambaran itu, maka skenario perang lebih luas harus dibuang jauh-jauh, dengan cara mengakhiri Perang Gaza, walau Hamas dan Israel pasti sulit memberikan konsesi-konsesi agar perang dihentikan.
Berita Terkait
Lebih dari 15.000 anak terbunuh dalam serangan Israel di Gaza
Kamis, 9 Mei 2024 19:11 Wib
35 orang Palestina tewas akibat serangan Israel di Rafah dalam 24 jam
Rabu, 8 Mei 2024 16:55 Wib
Houthi Yaman ancam perluas serangan jika Israel invasi Rafah
Rabu, 8 Mei 2024 14:03 Wib
Israel sebut 18 roket diluncurkan dari Rafah ke arah Kerem Shalom
Rabu, 8 Mei 2024 13:56 Wib
Israel luncurkan operasi kontraterorisme di Rafah
Selasa, 7 Mei 2024 16:26 Wib
Israel: Usul gencatan senjata disetujui Hamas jauh dari tuntutan
Selasa, 7 Mei 2024 14:16 Wib
Senator AS ancam sanksi keras ICC jika perintahkan tangkap Netanyahu
Selasa, 7 Mei 2024 9:49 Wib
Hamas minta Jusuf Kalla memediasi upaya akhiri konflik di Palestina
Senin, 6 Mei 2024 11:50 Wib