Analis: aksi Gibran cium tangan Megawati adalah tanda sangat ikonik

id megawati,gibran,pdio,pilpres 2024,ganjar,anis,mahfud,berita sumsel, berita palembang

Analis: aksi Gibran cium tangan Megawati adalah tanda sangat ikonik

Analis politik yang juga pengajar Ilmu Komunikasi Politik dan Teori Kritis pada Fakultas Ilmu Sosial Politik Universitas Katolik Widya Mandira (Unwira) Kupang Mikhael Rajamuda Bataona (ANTARA/Bernadus Tokan)

Artinya, pada satu sisi ini fungsional secara politik, bukan soal kemurnian moralitas dan ketulusan karena kubu Prabowo dan Gibran percaya bahwa cium tangan adalah tanda yang pasti bisa mengubah persepsi publik tentang figur Gibran.

Apalagi dengan pemberitaan media massa, persepsi publik tentang Gibran bisa ditertibkan. Persepsi publik bisa diseragamkan bahwa Gibran adalah sosok politisi santun dan sopan, meskipun fakta historis politiknya mengatakan sebaliknya, di mana, Gibran yang selalu dengan lantang dan sudah berkali-kali mengatakan dia akan selalu tegak lurus dengan Megawati dan PDIP, akhirnya dengan darah dingin dan tanpa beban, minggat untuk maju bersama Prabowo.

"Inilah yang disebut sebagai manipulasi tanda yaitu ketika suatu objek atau tindakan seperti aksi cium tangan oleh Gibran, lewat pemberitaan media, juga bantuan media sosial, coba didesain untuk menggantikan fakta atau realita riil yang sesungguhnya terjadi," kata Bataona.

Dengan taktik ini, jika publik tidak kritis maka representasi atau simulacra ini, bisa menjadi lebih benar, lebih penting, lebih riil, dari realitas dan fakta politik sesungguhnya.

"Jadi menurut saya, aksi cium tangan ini, dalam perspektif kritis, hanyalah sebuah simulacra atau simulacrum, yang mengandung manipulasi tanda di sana, dan publik saat ini tidak mudah ditertibkan dengan tanda semacam ini," katanya.

Publik paham tentang filosofi adab ketimuran yaitu menghormati yang lebih tua tapi dengan catatan bahwa, harus selalu sinkron antara kata dan perbuatan sehingga, bagi masyarakat yang selama ini mengikuti pernyataan, sikap dan tutur kata Gibran yang selalu mengaku tegak lurus dengan Megawati, bisa saja tidak akan mempercayainya.

"Mereka akan melihat tanda ini hanya sebagai manipulasi yaitu hanya sebuah tanda ikonik yang sengaja diproduksi untuk menertibkan persepsi publik tentang sosok Gibran," kata Bataona yang juga pengajar Investigatif News dan Jurnalisme Konflik pada Fisip Unwira Kupang ini.