Hujan padamkan 110 titik api di OKU Sumsel

id Titik api, peristiwa karhutla, Hujan lebat, masyarakat OKU, BPBD OKU,Hujan lebat padamkan 110 titik api,Hujan lebat pada

Hujan padamkan 110 titik api di OKU Sumsel

Tim Satgas Karhutla BPBD OKU memadamkan api karhutla. (ANTARA/Edo Purmana/23)

Baturaja (ANTARA) - Hujan lebat yang mengguyur Kota Baturaja, Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU), Sumatra Selatan pada Kamis (19/10) petang berdampak pada padamnya 110 titik api kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di daerah itu.

Manager Pusdalops Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) OKU Gunalfi di Baturaja, Jumat mengatakan, hujan lebat yang terjadi di sebagian wilayah di daerahnya pada pukul 17.50 WIB berdampak pada menurunnya jumlah titik api karhutla.

"Bahkan, berkat hujan kemarin petang titik api karhutla di OKU tidak ada sama sekali dari 110 titik sebelumnya," katanya.

Dia mengemukakan, sebelumnya hampir setiap hari BPBD OKU menerima laporan adanya peristiwa karhutla yang terjadi di beberapa kecamatan di wilayah itu.

Dengan hujan tersebut diharapkan bisa membasahi lahan untuk mengurangi potensi meluasnya kebakaran dari titik api yang muncul selama musim kemarau panjang.

"Satu-satunya cara untuk menanggulangi karhutla yaitu lahan gambut agar tetap basah. Karena lahan gambut itu sekali terbakar, sulit dipadamkan dan hanya bisa memadamkannya kecuali hujan lebat," ujarnya.

Gunalfi menambahkan, berdasarkan rilis dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) potensi awan hujan masih akan terjadi hingga hari ini yang diharapkan dapat mengatasi masalah karhutla yang terjadi di beberapa kabupaten/kota di Sumsel.

"Jika hujan turun lagi tentunya masalah karhutla dapat teratasi sehingga Sumsel benar-benar bebas dari bencana kabut asap," ujarnya.

Sebelumnya, hujan lebat yang mengguyur Kota Baturaja, Kabupaten OKU disambut suka cita oleh masyarakat di daerah itu setelah beberapa bulan dilanda kekeringan akibat kemarau panjang.

Menurut Junai, salah seorang warga Baturaja mengaku jika hujan membawa berkah bagi masyarakat, terutama mereka yang mengalami kesulitan air bersih dan kebakaran lahan yang marak terjadi di daerah itu akibat kemarau panjang.

Akibat kemarau panjang berdampak pada mulai mengeringnya air Sungai Ogan yang menjadi sumber penghidupan masyarakat di daerah itu.

Selama kemarau masyarakat setempat kesulitan mendapat air bersih untuk kebutuhan sehari-hari sehingga terpaksa membeli air tedmon dengan harga yang cukup mahal.

"Mudah-mudahan hujan hari ini turun lagi sehingga kami tidak perlu membeli air tedmon untuk kebutuhan sehari-hari," ujarnya.