Hilangkan paradigma sekolah berlabel favorit
Penggabungan sekolah ini harus melalui kajian dari berbagai pihak serta dipastikan apa dampak positif dan negatifnya.
Contohnya pada PPDB beberapa waktu lalu ada 18 sekolah tingkat SMP yang seluruhnya berstatus negeri di Kabupaten Sukabumi, minim pendaftar, bahkan satu di antaranya tidak ada pendaftar sama sekali.
Data di Dinas Pendidikan Kabupaten Sukabumi, dari 162 SMP negeri hanya 23 SMP yang jumlah pendaftarnya melebihi daya tampung. Tentunya, ini harus menjadi perhatian seluruh elemen masyarakat serta pemangku kebijakan agar kasus serupa tidak terjadi lagi di tahun-tahun berikutnya.
Maka dari itu, paradigma sekolah favorit pun harus segera dihilangkan dari pikiran masyarakat dan sudah menjadi tugas dari pihak terkait untuk memberikan edukasi kepada warga bahwa label sekolah favorit itu tidak ada, karena setiap sekolah mempunyai tujuan yang sama dan mulia yang mencerdaskan kehidupan bangsa.
Tentunya label adanya label sekolah favorit ini juga berdampak kepada pelajar, di mana siswa-siswi yang bersekolah di sekolah non-favorit akan merasa minder, apalagi di masyarakat masih ada pemikiran bahwa pelajar yang bersekolah di sekolah favorit mereka adalah berprestasi.
Padahal kenyataan prestasi itu bisa diraih di seluruh sekolah, karena tidak ada jaminan anak yang bersekolah di sekolah favorit akan berprestasi dan sebaliknya tidak sedikit anak yang bersekolah di sekolah non-favorit yang berprestasi, karena semua itu dikembalikan lagi kepada masing-masing siswa.
Kita melihat banyak pelajar yang di sekolahnya tidak memiliki prestasi menonjol, tetapi setelah lulus mampu berprestasi, bahkan di atas pelajar yang memiliki prestasi di sekolahnya.
Data di Dinas Pendidikan Kabupaten Sukabumi, dari 162 SMP negeri hanya 23 SMP yang jumlah pendaftarnya melebihi daya tampung. Tentunya, ini harus menjadi perhatian seluruh elemen masyarakat serta pemangku kebijakan agar kasus serupa tidak terjadi lagi di tahun-tahun berikutnya.
Maka dari itu, paradigma sekolah favorit pun harus segera dihilangkan dari pikiran masyarakat dan sudah menjadi tugas dari pihak terkait untuk memberikan edukasi kepada warga bahwa label sekolah favorit itu tidak ada, karena setiap sekolah mempunyai tujuan yang sama dan mulia yang mencerdaskan kehidupan bangsa.
Tentunya label adanya label sekolah favorit ini juga berdampak kepada pelajar, di mana siswa-siswi yang bersekolah di sekolah non-favorit akan merasa minder, apalagi di masyarakat masih ada pemikiran bahwa pelajar yang bersekolah di sekolah favorit mereka adalah berprestasi.
Padahal kenyataan prestasi itu bisa diraih di seluruh sekolah, karena tidak ada jaminan anak yang bersekolah di sekolah favorit akan berprestasi dan sebaliknya tidak sedikit anak yang bersekolah di sekolah non-favorit yang berprestasi, karena semua itu dikembalikan lagi kepada masing-masing siswa.
Kita melihat banyak pelajar yang di sekolahnya tidak memiliki prestasi menonjol, tetapi setelah lulus mampu berprestasi, bahkan di atas pelajar yang memiliki prestasi di sekolahnya.