Palembang (ANTARA) - Usaha Mikro Kecil dan Menengah pembuatan kripik di salah satu Desa Makmur Peduli Api, Desa Mandala Sari Kecamatan Lalan, Musi Banyuasin, Sumatera Selatan, memberdayakan kaum perempuan setempat.
UMKM pembuatan kripik singkong dan pisang yang dirintis sejak enam bulan lalu itu, telah memberdayakan delapan orang ibu-ibu di desa tersebut untuk menambah pemasukan keluarga, kata Ketua Kelompok Usaha Perempuan tersebut, Insiati, Kamis.
Dia mengatakan, pembuatan kripik ini awalnya dibantu pemerintah dengan memberikan bantuan modal Rp10 juta.
“Saat itu, belum ada alat kerjanya. Lalu kami dibantu salah satu perusahaan perkebunan di dekat desa kami, PT Sumber Hijau Permai,” kata Insiati yang diwawancarai di sela-sela pembuatan kripik di rumah produksi KUP Desa Mandala Sari.
PT SHP kemudian menyalurkan bantuan alat kerja berupa mesin press, kompor mata seribu, alat rajangan, gilingan tepung, dan parutan kelapa.
Selain bantuan alat kerja, perusahaan pemasok APP Sinar Mas ini juga membantu pemasaran produk tersebut.
“Setiap bulan, ada sekitar 350 bungkus, kami kirim ke kantin perusahaan, selebihnya ke toko dan warung,” kata dia.
Ia mengatakan meski usaha ini baru berjalan, namun kelompok usahanya sudah kewalahan memenuhi permintaan pasar. Bahkan, ada order ratusan bungkus dari desa-desa tetangga.
Tuti Rahayu, salah seorang anggota kelompok, mengatakan, usaha mereka memiliki trik khusus agar pesanan tetap lancar. Salah satunya, dengan menjual dengan harga terjangkau.
Setiap bungkus hanya dipatok Rp4.000, sehingga toko dan warung dapat menjual dengan harga murah yakni hanya Rp5.000/bungkus.
“Malahan kami diminta buat juga yang Rp2.000/bungkus untuk kripik singkong,” kata dia.
Terkait bahan bakunya, Tuti mengatakan relatif mudah didapatkan karena warga desanya cukup banyak yang menanam singkong dan pisang.
Ia pun berharap, usaha bersama itu dapat terus berkembang di masa datang, sehingga lebih banyak kaum ibu yang terlihat di dalamnya.
Apalagi saat ini perekonomian masyarakat Desa Mandala Sari sedang sulit akibat anjloknya harga karet sejak beberapa tahun terakhir, yakni dari Rp12.000/kg menjadi hanya Rp6.000/Kg.
“Setidaknya, pemasukan dari jual kripik ini dapat membantu biaya rumah tangga, setiap bulan kadang saya dapat Rp500.000 hingga Rp800.000. Kami sangat berterima kasih dengan SHP karena baru perusahaan ini yang memiliki kepedulian dengan desa kami,” kata dia.
CSR Officer PT Sumber Hijau Permai Andi Chandra Putra mengatakan UMKM ini masih membutuhkan pendampingan dari perusahaan agar terus berkembang.
“Kami juga membantu membukakan akses pasar, dan memberikan pelatihan agar produk dapat terus berkembang,” kata dia.
Yang jelas, kata Andi melanjutkan, kegiatan ekonomi ini dimaksudkan untuk meningkatkan kemandirian masyarakat dan sekaligus mencegah kebakaran hutan dan lahan.
Berita Terkait
Sumsel mengalami inflasi 0,43 persen pada April 2024
Jumat, 3 Mei 2024 2:15 Wib
Menkeu waspadai kenaikkan harga komoditas akibat konflik geopoltik
Jumat, 26 April 2024 16:03 Wib
Karantina Sumsel dan importir Tiongkok tinjau kebun kopi Pagaralam
Senin, 22 April 2024 16:57 Wib
Balai Karantina Sumsel dampingi ekspor ubur-ubur Sungsang ke Tiongkok
Selasa, 2 April 2024 15:14 Wib
Presiden Jokowi: Harga pangan di Kalimantan sama dengan di Jawa
Kamis, 21 Maret 2024 14:07 Wib
Mendag: Kopi robusta Lampung Barat komoditas ekspor terkenal di dunia
Kamis, 25 Januari 2024 16:45 Wib
Sumsel ekspor komoditas perkebunan dan perikanan
Sabtu, 9 Desember 2023 10:33 Wib
Kemendag kenalkan buku direktori ekspor andalan asal Indonesia timur
Rabu, 25 Oktober 2023 10:40 Wib