Perlu kerja sama awasi BBM satu harga

id bbm,bbm satu harag, harga minyak,PT Pertamina Nusa Tenggara Timur,pengawasan bbm satu hargam,berita sumsel,berita palembang,pertamina

Perlu kerja sama awasi BBM satu harga

Arsip- Anggota Satuan Tugas (Satgas) BBM mengisi BBM jenis Pertamax pada mobil milik pemudik . (ANTARA News Sumsel/Nova Wahyudi/dol/17)

Kupang (ANTARA News Sumsel) - Branch Marketing Manager PT Pertamina Nusa Tenggara Timur (NTT), Mardian mengatakan, perlu ada kerja sama dari semua pihak untuk mengawasi bahan bakar minyak (BBM) satu harga di daerah itu.

"Untuk mengawasi BBM satu harga diperlukan kerja sama dari semua pihak mulai dari pemerintah daerah, aparat keamanan, termasuk wartawan untuk memantaunya dilapangan," kata Mardian kepada Antara di Kupang, Sabtu.

Dia mengemukakan hal itu terkait upaya pengawasan terhadap BBM satu harga di sekitar daerah yang sudah mendapatkan SPBU itu yang ada di provinsi berbasis kepulauan itu.

Pemerintah terus berupaya menyamaratakan BBM atau BBM satu harga di seluruh Indonesia.

Mardian menjelaskan, untuk BBM satu harga, targetnya adalah daerah terluar dan terdepan di wilayah-wilayah di Indonesia, termasuk di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).

Daerah-daerah yang menjadi target BBM satu harga ini adalah daerah yang sampai saat ini belum memiliki lembaga penyalur resmi pertamina.

Biasanya kata dia, kondisi daerah yang sulit terjangkau oleh akses kendaraan umum. Harus 'double handling' seperti diangkut lagi dengan menggunakan kapal dan lainnya.
       
Untuk wilayah NTT menurut dia, di pulau timor kita ada di perbatasan dengan negara Timor-Timur yaitu Atambua Kabupaten Belu.

Selain ada beberapa tempat di pulau Flores dan beberapa tempat lainnya katanya.

"Tetapi di pulau-pulau yang sudah ada lembaga penyalur resmi pertamina tentu tidak diperlukan lagi SPBU satu harga, karena harganya tentu sudah sama dengan daerah-daerah lain," katanya.

Menurut dia, dengan semakin membaiknya infrastruktur, maka Pertamina pasti akan menambah jaringan outlet penyalur resmi seperti SPBU sehingga bisa melayani masyarakat sekitar.

Satu hal yang menjadi catatan khusus adalah jangan sampai premium dan solar ini diperjualbelikan (pengecer), padahal tidak jauh dari tempat tersebut sudah ada  SPBU pertamina.

Kondisi ini dapat berakibat pada premium dan solar di SPBU habis dan konsumen terpaksa membeli pada pedagang pengecer dengan harga yang jauh lebih tinggi.

"Jadi mungkin ini perlu kerja sama dari semua pihak mulai dari pemda, aparat termasuk wartawan untuk memantaunya dilapangan," kata Mardian yang baru saja dilantik menjadi Branch Marketing Manager PT. Pertamina Nusa Tenggara Timur (NTT) itu.