Musirawas Utara (ANTARA Sumsel) - Masyarakat di Kabupaten Musirawas Utara, Sumatera Selatan, saat ini sebagian besar kekurangan air bersih karena anak sungai dan sumur gali kekeringan akibat musim kemarau.
Selain itu pasokan air bersih dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) setempat juga tak lancar, meskipun ada kualitasnya tidak layak di konsumsi, kata Sumiyati (30) salah seorang warga Kecamatan Rupit, Senin.
Ia mengatakan untuk mendapatkan air warga setiap pagi dan sore berbondong-bondong ke Sungai Rupit mengambil air yang jaraknya dari tepi sungai mencapai 700 meter.
Sekarang Sungai Rupit satu-satunya sungai terbesar di daerah itu sudah sangat surut, sehingga untuk mengambil air sungai itu terpaksa berjalan kaki atau menggunakan sepeda motor dengan membawa jerigen.
Kondisi air sungai itu juga sudah keruh kalau untuk dikonsumsi harus diendapkan dulu dalam tong atau bak mandi, setelah itu disaring karena warnanya sudah menguning.
"Kalau sumur warga sudah lama kering, meskipun masih ada air tak layak dikonsumsi, bagi warga mampu mereka setiap hari memberi air isi ulang yang didatangkan dari Kota Lubuklinggau," ujarnya.
Hal tersebut juga dikeluhkan warga Desa Remban Syafrudin karena debit air sungai didesanya sudah hampir habis, untuk mengambil air itu harus menempuh lumpur.
Bila mengambil air sungai itu buru-buru maka lumpurnya keluar dan terpaksa ditunggu beberapa menit agar jernih kembali.
Sedangkan air dari PDAM sejak musim kemarau juga sudah tak lancar, meskipun ada warnanya menguning dan lengket sehingga tidak bisa digunakan untuk air minum, mandi dan cuci.
"Kami mengharapkan pemerintah daerah bisa mengatasi kekurangan air bersih tersebut dengan memasok air bersih kepada warga kurang mampu yang saat ini kekurangan air bersih," katanya.
Petugas PDAM Musirawas Utara tak bisa dihubungi dan salah seorang staf PU Cipta Karya mengatakan sumber air PDAM sudah terbatas karena anak sungai yang diambil debit turun drastis.
Setiap kali disedot bukan air yang didapat tapi kerak tanah kuning bercampur air keruh masuk ke bak penampungan, akibatnya pipa ke pelanggan tersumbat dan air yang disalurkan tidak lancar.
Salah seorang pelanggan PDAM di Kecamatan Rupit Murni (42) mengatakan saat ini sudah banyak warga tidak lagi memanfaatkan aliran air dari PDAM, karena kecewa terhadap pelayanan yang seringnya macet dan tidak berfungsi.
"Kami tidak mau lagi menggunakan aliran air PDAM karena pelayanan yang diberikan benar-benar tak maksimal, sedangkan penagihan retribusinya sangat besar,"keluhnya.
Ia memperkirakan bahan baku air PDAM itu diambil dari Sungai Rupit diduga tidak melalui penyaringan, sehingga air yang disalurkan kotor dan debitnya sangat kecil itu pun disalurkan secara bergiliran dengan pelanggan desa lain.
Kalau menunggu air aliran PDAM bisa mendapat giliran sampai tengah malam, itu pun debitnya sangat kecil dan kondisinya keruh dan menguning, ujarnya.
Berita Terkait
PPIH: Calon haji wajib waspada jika tak ingin selalu buang air kecil
Senin, 13 Mei 2024 12:50 Wib
Sinergi dengan PDAM, Semen Baturaja distribusikan air bersih untuk korban banjir OKU
Minggu, 12 Mei 2024 20:02 Wib
Rumah "Pemanenan Air Hujan" jadi solusi banjir perkotaan
Minggu, 12 Mei 2024 10:48 Wib
Warna air danau kawah Gunung Dempo berubah, ini penjelasan Badan Geologi
Sabtu, 11 Mei 2024 9:19 Wib
Merawat sistem irigasi demi ketahanan pangan
Kamis, 9 Mei 2024 10:45 Wib
Mendekatkan air bersih ke genggaman warga
Rabu, 8 Mei 2024 11:44 Wib
Merawat Bumi, tanah, dan air ala Kung fu Panda
Senin, 6 Mei 2024 9:10 Wib
Tak punya laut, Purwakarta tetap penghasil ikan terbesar
Minggu, 5 Mei 2024 0:30 Wib