Palembang, (ANTARA Sumsel) - Anggota Pangkalan TNI Angkatan Laut Palembang, Sumatera Selatan, mengamankan empat dari enam tersangka kawanan perompak yang meresahkan nahkoda dan anak buah kapal yang melayari perairan Sungai Musi.
Empat tersangka yang diamankan adalah Efri, Arifin, Wijaya, dan Iskandar, sedangkan dua kawanan perompak lainnya yakni Dayat dan Ajuk masih dalam pengejaran, kata Komandan Pangkalan TNI-AL Palembang Letkol Purwanto di Palembang, Rabu.
Berdasarkan pengakuan dari perompak yang diamankan itu, mereka adalah kawanan yang melakukan perompak kapal TB Noah IV pengangkut batubara.
Informasi dari para tersangka tersebut akan terus dikembangkan untuk mengungkap tindak kejahatan dan pelaku lainnya sehingga perairan Sungai Musi dapat terbebas dari aksi perompakan, katanya.
Dia menjelaskan, akhir-akhir ini pihaknya sering menerima pengaduan dari nahkoda dan anak buah kapal yang melakukan aktivitas di perairan Sungai Musi, sering dirompak oleh sekelompok orang yang bertujuan meminta bahan bakar solar yang dimuat di kapal, sejumlah barang berharga, dan uang.
Perompak dalam melakukan aksinya menggunakan senjata tajam berupa pisau dan golok, ketika melakukan tindak kejahatan itu mereka tidak segan-segan melukai mangsanya jika berupaya melawan atau menolak permintaan barang-barang yang mereka inginkan.
Atas dasar pengaduan itu, pihaknya membentuk tim untuk melakukan penyelidikan, pengamanan alur pelayaran Sungai Musi, dan melakukan penangkapan tersangka perompak yang telah meresahkan nahkoda dan ABK yang memasuki perairan yang berada dalam wilayah hukum Lanal Palembang itu, katanya.
Menurut dia, dalam penangkapan kawanan perompak itu, pihaknya berhasil mengamankan sejumlah barang bukti yang digunakan untuk melakukan tindak kejahatan dan barang hasil rompakan yang dipoeroleh dari kapal.
Barang bukti yang diamankan dari para perompak itu diantaranya satu unit speedboat lengkap dengan mesinnya, enam jerigen berisi bahan bakar minyak jenis solar, sejumlah senjata tajam seperti golok dan pisau, serta dompet dan uang hasil kejahatan, kata Purwanto.
