Garong makin beringas warga tambah cemas

id perampokan, peningkatan kejahatan perampokan, perampokan bersenpi

Garong makin beringas warga tambah cemas

Ilustrasi (Antarasumsel.com/Grafis/Aw)

Depok (ANTARA Sumsel) - Aksi kejahatan perampokan dengan kekerasan cenderung terus meningkat, para penjahat tak hanya merampas harta benda tetapi juga menghilangkan nyawa, padahal kadang motif penggarongan hanyalah soal sepele saja.

Demi memuaskan hasrat untuk nyawer di acara dangdutan, Sa alias Ts (27) dan De (22), warga Jurangmangu Barat dan Pondok Kacang, Kecamatan Pondok Aren, Tangerang Selatan,  nekat bertindak sadis. Kedua pemuda ini pada pertengahan September, bersama kelompoknya  empat orang, merampok warga bernama Sian.

Tidak hanya merampas harta korban, keduanya juga bertindak sadis dengan menganiaya korban. Sian selamat meski mengalami luka-luka. "Pelaku merampas uang Rp5 juta dan handphone milik korban. Tak hanya itu, mereka juga menganiaya korban dengan cara membacok kepalanya," kata Inspektur Dua Sumiran, Kepala Unit Reserse Kriminal Kepolisian Sektor Serpong.

Sebelumnya di wilayah Serpong terjadi beberapa kali perampokan, bahkan dengan senjata api. Pada Juni lalu, misalnya, seorang warga bernama Saefudin ditembak perampok yang mengumbar tembakan setelah aksinya tepergok warga. Bulan berikutnya, polisi menangkap Kojek, garong yang menggasak barang-barang di perumahan BSD.

Selain di Serpong, penangkapan kawanan pera,mpopk dilakukan aparat Polsek Pondok Aren. Empat pelaku pencurian kendaraan bermotor tersebut kerap beroperasi di wilayah Tangerang Selatan, Tangerang, hingga Jakarta Barat.

Tiga dari empat pelaku adalah warga Kota Tangerang, yakni Ra (16), Fi (21), dan Sy (24). Sementara seorang pelaku lain yang bertindak sebagai penadah diketahui adalah warga Palmerah, Jakarta Barat, atas nama Ag (35).

Kawanan perampok ini juga tak kalah sadis saat melakukan aksi mereka. Menurut Kepala Unit Reskrim Polsek Pondok Aren Ipda Sitta M Sagala, saat beraksi, para pelaku tak segan-segan melakukan kekerasan.

Di Bekasi, komplotan perampok bersenjata tajam menyatroni SD Negeri Bekasi Jaya 1 dan SD Negeri 10, Bekasi Timur, Kota Bekasi pada dinihari awal Oktober ini. Seorang penjaga sekolah terluka karena dihajar (dibacok) pelaku.

Kepala Sekolah SD Negeri Bekasi Jaya 1 Entin Supriyatin menyebutkan, penjaga sekolah bernama Cepi alias Encep sempat memergoki kawanan perampok tersebut. Dia berteriak, tapi kemudian diseret ke dalam kantor dan dihajar para penjahat itu. Pelakunya bertopeng, mereka sekitar lima orang.

Akibat dihajar pelaku, Encep menderita luka-luka di sekujur tubuhnya. Perampok membawa kabur tiga TV LCD, tiga monitor komputer, satu unit laptop, dan benda berharga lainnya.

Peristiwa perampokan dengan kekerasan menggunakan senjata api juga sudah belasan kali terjadi di wilayah Provinsi Riau. Data Kepolisian Daerah Riau, Kamis (19/9) menunjukkan,  sepanjang tahun 2013 telah terjadi belasan kali aksi perampokan menggunakan senjata api di berbagai wilayah kabupaten dan kota.

Perampokan pertama di tahun 2013 terjadi awal Maret di Pekanbaru. Dua pelaku nekad menggorok korbannya yang merupakan seorang pembantu rumah tangga, warga Kelurahan Tangkerang Timur, Kecamatan Tenayan Raya, dan membawa kabur satu unit mobil dengan nopol BM 3175 JE.

Kedua pelaku akhirnya berhasil ditangkap dalam tempo delapan jam ketika melintas di Labuhan Batu, Sumatra Utara, dengan mobil curian mereka.

Peristiwa perampokan lainnya terjadi akhir April 2013 di Kantor BRI Pasar Minggu Pantai Cermin, Kampar. Pada kasus ini, pelaku juga melepaskan beberapa tembakan sehingga membuat korban terluka. Beberapa pelaku akhirnya berhasil ditanghkap aparat kepolisian.

Kelompok perampok bersenjata api spesialis toko emas, awal Juni 2013 juga beraksi di pasar desa Kabupaten Kampar, Riau. Kawanan ini berhasil menggasak lebih dari 6 kg emas dari sejumlah toko emas yang ada di sana dan bahkan menembak mati seorang korbannya yang ketika itu melawan.

Sekawanan penjahat bersenjata api menurut laporan yang masuk ke Polda Riau, merampok satu unit truk yang melintas di jalur lintas Sumatera, tepatnya di Kabupaten Rokan Hulu, Riau.

Lima diantaranya berhasil diringkus aparat kepolisian di Binjai, Sumatera Utara, ketika hendak menjual hasil kejahatannya.

         Kejahatan kian mencemaskan
Ancaman tindak kriminalitas di kota Jakarta dan sekitarnya saja pada 2013 sungguh mencemaskan. Data akhir tahun 2012 Polda Metro Jaya memperlihatkan, tiap 10 menit di terjadi  satu kasus kejahatan. "Crime clock mengalami perlambatan selama sembilan detik yaitu dari 9 menit 57 detik pada  2011 menjadi 10 menit 6 detik di tahun 2012,¿ kata Kapolda Metro Jaya (saat itu) Inspektur Jenderal Putut Eko Bayuseno.

Kejahatan yang masih menonjol adalah kasus perampokan. Aksi pencurian dan kekerasan ini makin merajalela. Tahun 2012 tercatat 1.094 kasus berarti meningkat 159 kasus atau 17,00 persen dibanding tahun 2011 yang berjumlah 925 kasus. Dari 1.094 kejadian perampokan itu, yang terungkap 610 kasus atau 55,75 persen.

Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Rikwanto menyebutkan, kasus kejahatan cenderung berkelompok dan meningkat antara lain didorong oleh faktor-faktor  terbatasnya lapangan pekerjaan, urbanisasi yang sulit dibendung, apatisme masyarakat Jakarta tentang lingkungan sosial, pengaruh lingkungan tentang hedonisme, dan lainnya.

Upaya Polda Metro Jaya di 2013 menurut dia adalah mengedepankan fungsi Pembinaan Masyarakat (Binmas) atau Babinkamtibmas serta Intelijen, untuk menekan dan menetralisir potensi gangguan kamtibmas pada tingkat hulu, agar tidak berkembang menjadi kasus pidana. Setiap hari Bhabinkamtibmas sambangi dua Kepala Keluarga (KK) di wilayahnya dan monitor situasi yang terjadi.

Kriminolog, Erlangga Masdiana melihat kejahatan jalanan seperti perampokan nasabah bank, penodongan, copet, jambret, hipnotis, masih marak terjadi. Faktornya selain karena masalah ekonomi, pola penanganan terhadap kejahatan jalanan belum sistematik. Ia menunjuk contoh kejahatan dalam angkutan umum akibat sistem pengamanan yang belum baik.

Dia berpendapat, untuk mengatasi tindak kriminalitas kejahatan jalanan, polisi harus berintegrasi dengan masyarakat. Pasalnya jumlah anggota polisi untuk mengayomi dan melindungi masyarakat masih kurang. "Polanya harus dirubah, jangan melulu patroli, tapi manfaatkan teknologi yang ada dan bentuk perilaku masyarakat yang punya kesadaran dalam hal menjaga keamanan lingkungan dan sekitarnya."

Sementara menurut catatan Indonesia Police Watch (IPW), tahun 2013 adalah masa-masa awal titik panas situasi politik dalam negeri menjelang pemilu dan pilpres di mana biasanya para politisi di pemerintahan tidak konsentrasi dalam mengurus jalannya roda pemerintahan.

Kondisi tersebut bisa menyebabkan roda ekonomi stagnan dan lapangan kerja tidak berkembang, rakyat terjepit dalam kesulitan ekonomi dan angka pengangguran akan meningkat. Bagaimanapun, tingginya angka pengangguran akan memberikan kontribusi yang besar bagi kriminalitas.

Suprianto alias Keprek alias Waluyo (35), warga Desa Tugumulyo Kabupaten OKI yang berhasil dilumpuhkan polisi setelah baku tembak, merupakan anggota kawanan perampok spesialis pencurian dengan kekerasan yang sangat sadis. Setiap melakukan aksinya, Waluyo selalu menyebabkan korban jiwa baik luka parah hingga meninggal dunia.

Menurut Kapolres OKU Timur AKBP Hengky Widjaja melalui Kasat Reskrim AKP Janton Silaban, Waluyo menembakkan senpi rakitan laras pendek ketika melihat polisi mendatangi lokasi persembunyiannya di Desa Karangjaya Kampung 3 Kecamatan Belitang II OKU Timur.

Polisi menyita barang bukti berupa sepucuk senpi rakitan silinder enam dan 14 peluru jenis FN yang digunakan tersangka untuk melakukan perlawanan terhadap polisi. Juga kartu tanda penduduk (KTP) palsu atas nama Parsidik, katanya.

Bersenjata api, melakukan aksinya bahkan di siang bolong di tengah keramaian, menggasak uang atau harta benda lainnya, melukai dan bahkan menembak korbannya, melawan polisi itulah gambaran garong yang makin beringas, yang membuat warga bertambah cemas.