Asosiasi Pengusaha Pempek Palembang optimistis masuk pasar ekspor

id pempek,pempek palembang,bank indonesia,produk pempek,kuliner,kuliner sumsel,ekspor pempek

Asosiasi Pengusaha Pempek Palembang optimistis  masuk pasar ekspor

Arsip - Instruktur memberikan penjelasan pada peserta pada pelatihan pembuatan makanan khas Palembang yakni pempek. (ANTARA FOTO/Feny Selly)

Palembang (ANTARA) - Asosiasi Pengusaha Pempek Palembang optimistis produknya segera masuk pasar ekspor setelah dimasifkan penggunaan mesin sterilisasi mini retort yang membuat panganan lebih tahan lama.

Ketua Asosiasi Pengusaha Pempek Palembang Yenny Anggraini mengatakan saat ini terdapat 20 pelaku UMKM yang sudah menggunakan alat retort tersebut.

“Alat ini merupakan teknologi baru, dan sudah digunakan untuk produk lain seperti rendang. Jadi kami optimistis setelah penggunaannya bisa masuk ke pasar ekspor,” kata Yenny dalam acara “Capacity Building UMKM Sumsel Go Export” di Palembang, Rabu.

Namun, jumlah alat ini masih terbatas sehingga asosiasi meminta dukungan dari pemerintah agar bisa didapatkan dengan mudah oleh pelaku UMKM pempek di Palembang.

Selain itu, dibutuhkan juga kerja sama dengan Institut Pertanian Bogor (IPB) untuk menampilkan hasil uji laboratorium mengenai daya tahan pempek yang sudah melalui proses retort tersebut.

Proses retort yakni mensterilkan makanan sehingga dapat tahan lama tanpa ada proses pembekuan atau disimpan di lemari pendingin.

“Harus ada hasil riset pasti yang menyatakan berapa bisa tahannya, dan sejauh ini belum ada. Ini penting untuk meyakinkan ‘buyers' kami,” kata dia.

Selain adanya kepastian daya tahan makanan, ia menilai, dibutuhkan juga langkah lain agar pempek ini bisa menembus pasar ekspor. Diantaranya, adanya surat izin layak edar produk pangan dari BPOM hingga pendampingan bagi pelaku UMKM untuk memenuhi persyaratan ekspor.

Harapannya, dengan beragam upaya ini kuliner khas Palembang dapat diekspor secara besar-besaran ke luar negeri karena persoalan daya tahan makanan sudah terselesaikan, kata dia.

Sementara itu, perwakilan dari Direktorat Jenderal Bea Cukai Sumatera Bagian Timur, Amir Hasan, yang menjadi pembicara dalam acara tersebut mengatakan sejauh ini pihaknya mencatat bahwa pengiriman pempek ke luar negeri sudah dilakukan beberapa usahawan asal Palembang.

Hanya saja, jumlahnya masih relatif kecil yakni berkisar 7-10 unit usaha dari total yang mencapai puluhan ribu UMKM.

“Pengiriman pempek sejauh ini masih melalui pesawat, tapi yang melalui kontainer belum ada padahal jika melalui kapal laut itu jauh lebih murah,” kata dia.

Pengiriman melalui kontainer ini bisa dilakukan asalkan produk yang dikirimkan berdaya tahan lama dengan total volume melebihi 100 kilogram. Kegiatan ekspor ini bisa langsung terhubung dari pelaku UMKM ke buyers (pembeli) atau melalui jasa agregator.

“Pelaku UMKM bisa menggandeng perusahaan ekspedisi seperti DHL, FedEx hingga Pos Indonesia,” kata dia.

Menurutnya, proses untuk ekspor ini relatif mudah asalkan para pelaku UMKM mau mempelajarinya. Namun, kurangnya pengetahuan membuat pelaku usaha menjadi tidak percaya diri sehingga hanya menggarap pasar domestik.

“Awalnya cukup melalui pelaporan ke Ditjen Bea Cukai, bahwa mau melakukan ekspor. Lalu, tim kami akan mendampingi untuk langkah-langkah berikutnya,” kata dia.

Para pelaku UMKM tidak perlu khawatir bakal kesulitan karena Ditjen Bea Cukai Sumbagtim telah membentuk unit khusus untuk mendampingi pelaku UMKM.

“Tidak mungkin kami tidak membantu, bayangkan saja negara lain itu usahanya sampai gila-gilaan untuk bisa masukkan barangnya ke Indonesia. Kenapa kita tidak begitu juga,” kata dia.

Sementara itu, Bank Indonesia mendorong pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) menjajal pasar ekspor karena potensi yang mampu digarap masih relatif kecil.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Selatan Erwin Soeriadimadja mengatakan UMKM sejauh ini berkontribusi hingga 60 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) tapi hanya 5 persen dari pelakunya yang sudah bertransaksi di pasar ekspor.

“Masih kecil sekali, padahal peluang sangat banyak dari produk kuliner, fesyen hingga kriya,” kata Erwin dalam kesempatan yang sama.

Setidaknya terdapat tiga hal yang perlu dilakukan agar UMKM mampu menembus pasar internasional atau berdaya saing yakni peningkatan kualitas produk, kemampuan memenuhi selera pasar dan memperluas pasar.

Kuncinya, para pelaku UMKM ini harus didampingi oleh instansi terkait secara berkesinambungan, seperti adanya bimbingan klinik produk ekspor, bisnis yang terhubung dengan lembaga pembiayaan dan agregator, hingga dukungan sertifikasi serta perizinan, kata dia.

Sebelumnya, Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru mengatakan setidaknya pelaku UMKM di Palembang memproduksi 14 ton pempek setiap hari, yang mana hampir separuhnya dikirim ke luar daerah untuk pasar domestik.