Palembang (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin (Muba), Sumatera Selatan, mendorong hilirisasi komoditas kelapa dengan menggandeng perusahaan swasta asal Lampung.
Plt Bupati Musi Banyuasin Beni Hernedi di Sekayu, Sumsel, Senin, mengatakan hilirisasi ini untuk memberikan nilai tambah pada komoditas tersebut sehingga nantinya menjadi ekspor unggulan daerah.
"Pemkab Muba sudah membuat nota kesepahaman (MOU) dengan PT Mahligai Indococo Fiber Lampung dan kami berharap segera ditindaklanjuti," kata dia.
Hilirisasi ini sangat memungkinkan untuk dikembangkan di Muba karena tanaman kelapa memanfaatkan areal seluas 6.749 hektare. Sedangkan, yang sudah menghasilkan mencapai 5.602 hektare dengan produksi mencapai 14 juta butir per tahun.
Direktur Mahligai Indococo Fiber Lampung Efli Ramli mengatakan ekspor kelapa merupakan peluang di masa pandemi ini.
Saat ini, permintaan dunia terhadap buah kelapa tergolong tinggi.
Asalkan dilakukan dengan cara yang baik dan benar, maka produk olahan kelapa asal Muba ini akan terserap pasar ekspor.
"Seperti China dan Eropa yang saat ini mencari coco fiber, sementara China, Jepang, Korea, Italia, Jerman, Belgia, Kanada, Israel dan negara Timur Tengah mencari coco peat," kata dia.
Perusahaannya sangat tertarik untuk mengembangkan bisnis di Muba, karena ingin berekspansi usaha mengingat sudah berpengalaman melakukan pengolahan buah kelapa di empat provinsi yakni Aceh, Sumatera barat, Lampung dan Jawa Barat pada 2017.
Setidaknya dibutuhkan 6 juta butir kelapa untuk memenuhi kapasitas produksi per bulan.
"Kami harap ada transformasi ekonomi melalui pengolahan sabut kelapa ini, nanti kami siap melakukan pembimbingan ke petani Muba," kata dia.
Sebelumnya, Sumsel melalui BUMD PT Sriwijaya Agro Industri telah melakukan ekspor perdana ke Thailand pada Mei 2021 dengan mengirimkan 135 ton kelapa.
Kepala Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil Dinas Perkebunan Sumsel Rudi Arpian mengatakan sejak lama pemerintah provinsi menaruh perhatian pada perkebunan kelapa sehingga dilakukan stimulus seperti pembangunan pabrik pengolahan di Kabupaten Banyuasin.
Pabrik tersebut juga mengolah sabut kelapa menjadi serat (coco fiber) dan serbuk (coco peat) yang bernilai tambah untuk pasar ekspor dengan negara tujuan China, Jepang, dan sebagian negara Eropa.
Harga pokok produksi coco fiber senilai Rp1.900 dan coco peat senilai Rp1.100 per kilogram di tingkat petani. Sementara, untuk harga ekspor masing-masing senilai Rp3.000 dan Rp2.000 per kilogram.
Sejauh ini, Sumsel memiliki kebun kelapa seluas 65.242 hektare dengan produksi mencapai 57.570 ton kopra atau setara 230,28 juta butir kelapa per tahun.
Berita Terkait
Perahu motor tabrak kapal angkut kelapa, tiga penumpang tenggelam
Minggu, 4 Februari 2024 21:41 Wib
OJK dorong pencarian skema baru pembiayaa kelapa sawit di Sumsel
Selasa, 30 Januari 2024 12:36 Wib
Ogan Komering Ulu terima DBH kelapa sawit 2023 Rp10 miliar
Kamis, 25 Januari 2024 20:47 Wib
Polisi selidiki kematian petani Aceh Barat Daya di kebun kelapa sawit
Jumat, 12 Januari 2024 9:56 Wib
Periode 1-15 Desember harga CPO meningkat 5,94 persen
Sabtu, 2 Desember 2023 10:12 Wib
Sumsel peroleh dana bagi hasil sawit senilai Rp51,2 miliar
Kamis, 16 November 2023 21:11 Wib
Kementan telah beri rekomendasi peremajaan sawit seluas 319.699 ha
Kamis, 16 November 2023 14:16 Wib
Moeldoko: Produktivitas sawit rakyat sebabkanhilirisasi rendah
Kamis, 16 November 2023 13:55 Wib