Perdossi: Kebutuhan dokter spesialis syaraf belum ideal

id Dokter spesialis syaraf sumsel,dokter spesialis neurologi,kebutuhan dokter syaraf di sumsel,jumlah dokter saraf di sumse

Perdossi: Kebutuhan dokter spesialis syaraf belum ideal

Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya jurusan spesialis syaraf memberi pengajaran praktik langsung penindakan terhadap pasien kepada mahsiswa coas. ANTARA/HO-Dokumentasi FK Unsri

Sumatera Selatan (ANTARA) - Kebutuhan dokter spesialis syaraf atau neurologi di Provinsi Sumatera Selatan dinilai belum ideal karena beberapa kabupaten/kota di provinsi ini masih belum memiliki tenaga dokter tersebut.

Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Syaraf Indonesia (Perdossi) Cabang Palembang, Ahmad Junaidi di Palembang, Sabtu mengatakan pihaknya terus berupaya memenuhi kebutuhan dokter spesialis syaraf yang secara kuantitas masih belum ideal itu.

“Kami (Perdossi Palembang) yang membawahi Sumatera Selatan berkomitmen untuk mencukupi kebutuhan penanganan penyakit syaraf setiap kabupaten kota,” kata dia seusai Pembukaan Musyawarah Kerja Nasional (Muskernas) Perdossi 2021 secara virtual yang dibuka oleh Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin.

Menurut dia, memenuhi kebutuhan dokter syaraf tersebut bukan hanya Sumsel tapi juga menjadi perhatian perhimpunannya secara nasional.

Pihaknya merekomendasikan beberapa hal yang dinilai bisa mengatasi hal tersebut yaitu menambah program studi pendidikan dokter syaraf yang baru, termasuk juga pengaturan penempatan lulusan yang sudah dihasilkan untuk ditempatkan di daerah yang membutuhkan.

“Di Sumsel saat ini dokter spesialis syaraf baru tersedia sekitar 60-an orang karena itu kebutuhan di setiap 17 kabupaten kota belum tercukupi dimana idealnya perlu ada minimal dua dokter,” ujarnya.

Dari jumlah tersebut, lanjutnya, baru bisa memenuhi kebutuhan di beberapa kabupaten kota, meliputi Kota Palembang, Musi Banyuasin, Musi Rawas, Ogan Komering Ulu (OKU), Muara Enim, Ogan Ilir (OI), Ogan Komering Ilir (OKI), Musirawas Utara (Muratara) dan Kota Lubuk Linggau. Sedangkan selebihnya seperti Kabupaten Lahat, Empat Lawang, Banyuasin masih kosong.

Lalu karna keterbatasan tersebut menyebabkan penanganan penyakit gangguan sistem syaraf seperti meningitis, hidrosefalus atau umumnya stroke dan epilepsi masih kurang responsif. Sebab setiap pasien harus dirujuk ke daerah terdekat untuk mendapatkan penanganan medis.

“Di Sumsel contohnya seperti di Lahat yang masih kosong dalam waktu dekat ada satu dokter spesialis syaraf dikirimkan kesana mengisi kekosongan itu karena ada satu mahasiswa didik kami yang baru tamat diarahkan kesana,” kata dia yang juga Kepala Jurusan Spesialis Syaraf Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya ini.

Menurutnya, Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya sendiri saat ini ada sebanyak 40 orang mahasiwa yang yang mengambil spesialis syaraf. Mereka dipersiapkan dalam beberapa tahun kedepan sudah siap untuk ditempatkan ke kabupaten kota lainnya di Sumsel.

“Sehingga penanganan gawat darurat seperti penyakit stoke bisa dilakukan cepat. Karena penyakit seperti ini semakin cepat ditangani akan semakin baik untuk kesembuhannya,” ujar dia.

Sementara itu Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sumsel Lesty Nurainy mengatakan, pada prinsipnya pemerintah terus melakukan peningkatan layanan kesehatan masyarakat, yang tidak hanya terfokus pada sarana dan prasarana tapi juga pemenuhan sumber daya kesehatan (SDMK), termasuk dokter spesialis syaraf.

“Secara garis besar kuantitas SDMK di Sumsel masih belum ideal dibandingkan dengan jumlah kebutuhan yang harus dilayani sehingga perlu ditingkatkan. untuk itu dukungan dari semua pihak tentu sangat diharapkan, supaya targer UHC bisa maksimal,” ujarnya.