Palembang (ANTARA) - Kilang Minyak Plaju di Palembang, Sumatera Selatan memproduksi produk turunan gas hydrocarbon aerosol propellant (HAP) yang biasa digunakan industri kesehatan dan kecantikan.
Region Manager Communication Relations & CSR PT Pertamina Wilayah Sumbagsel Dewi Sri Utami di Palembang, Jumat, mengatakan, perawatan kesehatan dan juga kecantikan berbahan cair yang dikemas dengan kemasan kaleng banyak ditemukan di pasaran, seperti hair spray, dry shampoo, penyegar wajah, parfum dan lain-lain.
Produk tersebut digunakan dengan cara disemprotkan, dimana saat digunakan terdengar bunyi desisan seperti gas.
Produk cairan bisa menyebar rata, karena didorong dengan gas yang disebut dengan hydrocarbon aerosol propellant atau HAP, yang merupakan produk turunan dari gas.
“HAP merupakan salah satu produk yang dihasilkan Kilang Pertamina, salah satunya Refinery Unit III Plaju,” kata Dewi.
Selain untuk produk perawatan dan kesehatan, HAP juga digunakan dalam kemasan produk pembunuh kuman, serangga, cat semprot dan lain-lain.
Pada masa pandemi saat ini, banyak produk pembunuh kuman dan mikroorganisme sebagai antisipasi penularan virus corona.
HAP sebagai varian produk gas domestik, merupakan gas pendorong atau aerosol ramah lingkungan yang mendukung kebijakan pemerintah dalam mengatasi pemanasan global. HAP murni dibuat dari bahan alam dan tidak berpotensi dalam penipisan lapisan ozon.
Sebelum ada HAP, produk gas pendorong yang digunakan adalah CFC atau kloroflourkarbon, yang dapat merusak lapisan ozon. Namun pada tahun 2015 CFC tidak diperbolehkan digunakan lagi, setelah dikeluarkannya protokol Montreal.
HAP yang diproduksi Kilang RU III Plaju, tersedia dalam berbagai jenis dengan spesifikasi disesuaikan dengan kelompok industri penggunanya.
Diantaranya, HAP-32 untuk industri parfum dan korek api gas, HAP-39 untuk industri hair spray, HAP-42 untuk industri air freshner, HAP-52 untuk indusutri insektisida, dan HAP-85 untuk industri cat semprot, yang menggunakan propellant sebagai pendorong produk aerosol.
HAP merupakan produk gas berasal dari crude yang diolah di Crude distiller Unit (CDUs) kemudian masuk ke Gas Plant Unit. Setelah melewati sejumlah proses, produk gas dari pengolahan kilang menghasilkan LPG, Musicool dan HAP.
Dewi menambahkan rata-rata produksi HAP di kilang Plaju sebesar 10 – 15 ton/bulan, dimana disalurkan ke Depot LPG Pulau Layang, yang berada di bawah Marketing Operation Region II Sumbagsel.
Produk HAP sendiri pada masa pandemi ini termasuk yang mengalami peningkatan permintaan, seiring dengan peningkatan produk sanitasi baik itu hand sanitizer, diisnfektan, dan produk cair lain yang memerlukan propellant aerosol sebagai pendorong.
“Produksi HAP menyesuakan permintaan, apabila permintaan berkurang, maka akan diolah menjadi LPG atau Musicool bahan pendingin AC,” kata dia.
Berita Terkait
Kilang Pertamina Plaju menyalurkan 148.000 KL BBM momentum Lebaran
Jumat, 26 April 2024 8:05 Wib
Pertamina Sumbagsel tebar layanan tambahan BBM di jalur potensial
Kamis, 4 April 2024 23:30 Wib
Pertamina gelar uji ulang tera SPBU di OKU Raya
Selasa, 2 April 2024 19:59 Wib
Pertamina siagakan Satgas RAFI 2024 di OKU Raya
Selasa, 2 April 2024 6:54 Wib
Polres OKU gencarkan sidak SPBU
Senin, 1 April 2024 19:41 Wib
Kemenperin: Utang "rafaksi" minyak goreng akan dibayar
Senin, 25 Maret 2024 14:15 Wib
Polda Sumsel tutup 19 lokasi penyulingan ilegal di Muba
Kamis, 21 Maret 2024 18:54 Wib
HET Minyak Goreng ditahan selama Ramadhan
Rabu, 13 Maret 2024 16:53 Wib