Palembang (ANTARA) - Wahana Lingkungan Hidup Indonesia Sumatera Selatan meminta aparat penegak hukum, pemerintah daerah dan pihak berwenang lainnya untuk menghentikan aktivitas penebangan pohon di kawasan hutan karena dapat memperparah kerusakan hutan.
Kawasan hutan di daerah ini setiap tahunnya mengalami kerusakan, melihat kondisi tersebut perlu dilakukan tindakan serius untuk menghentikan aktivitas penebangan pohon baik untuk pemanfaatan kayunya maupun untuk pembukaan lahan pertanian, perkebunan dan pertambangan, kata Direktur Eksekutif Walhi Sumsel, Muhammad Hairul Sobri di Palembang, Selasa.
Berdasarkan pengamatan aktivis lingkungan di lapangan dan informasi masyarakat, kerusakan hutan di beberapa wilayah Sumatera Selatan hingga kini masih berlanjut.
Melihat kondisi tersebut, aparat berwenang diminta untuk melakukan berbagai upaya penyelamatan dan pelestarian hutan agar luasan kawasan hutan tidak semakin berkurang.
Luas hutan di provinsi yang memiliki 17 kabupaten dan kota ini mencapai 3,5 juta hektare lebih, dari jumlah tersebut sebagian besar diperkirakan mengalami kerusakan baik ringan maupun berat.
Hutan yang ada di provinsi ini dimanfaatkan secara berlebihan, kayunya ditebangi dan lahannya dimanfaatkan untuk kegiatan pertambangan mineral dan batu bara, serta perkebunan, katanya.
Dia menjelaskan akibat terjadi kerusakan yang cukup luas seperti pemanfaatan kawasan hutan lindung dan produksi untuk kebun kelapa sawit, karet, tebu, akasia, dan kebun teh yang luasnya mencapai 1,6 juta ha lebih, menyebabkan hutan tidak bisa berfungsi dengan baik.
Akibat hutan tidak dapat berfungsi dengan baik secara maksimal, ketika musim hujan terjadinya bencana banjir dan tanah longsor di mana-mana yang dapat menimbulkan kerugian harta benda dan korban jiwa.
Kerusakan hutan di provinsi ini tidak boleh dibiarkan terus meluas karena dapat menghambat upaya penanganan perubahan iklim dan penyelamatan lingkungan hidup.
Hutan perlu dikembalikan fungsinya sebagai gudang penyimpan air dan tempat penyerapan air hujan, sehingga air hujan yang berlimpah dapat disimpan di dalam tanah dan tidak langsung mengalir mengakibatkan meluapnya sungai dan banjir pada setiap musim hujan, ujar Soibri.
Berita Terkait
Ernando Ari: Kami ingin menjadi juara Piala Asia U-23
Jumat, 26 April 2024 16:42 Wib
Shin Tae-yong tebar ancaman ke calon-calon lawan Indonesia
Jumat, 26 April 2024 16:41 Wib
OKU dapat tambahan pupuk bersubsidi dari Dinas Pertanian Sumsel
Jumat, 26 April 2024 14:31 Wib
Timnas lolos ke semifinal AFC, Jokowi: Sangat bersejarah!
Jumat, 26 April 2024 13:12 Wib
Mahasiswi Indonesia raih penghargaan film dokumenter di China
Jumat, 26 April 2024 13:07 Wib
Inikah bukti level kualitas timnas sepak bola kita meningkat tajam?
Jumat, 26 April 2024 10:54 Wib
Rafael nilai kemenangan dari Korsel U-23 sebagai kinerja tim
Jumat, 26 April 2024 10:31 Wib
Erick sebut Garuda Muda pencetak sejarah baru
Jumat, 26 April 2024 6:47 Wib