Diskominfo Sumsel ajak mahasiswa perangi hoaks

id bohong,Berita bohong, hoaks, perangi hoaks, mahasiswa, kominfo

Diskominfo Sumsel ajak mahasiswa perangi hoaks

ilustrasi anti hoax (ANTARA News/Handry Musa)

Palembang (ANTARA) - Dinas Komunikasi dan Informatika Sumatera Selatan mengajak mahasiswa untuk memerangi berita bohong atau hoaks yang banyak tersebar di media sosial.

"Sekarang ini bentuk penyebaran berita hoaks atau bohong banyak diterima masyarakat melalui saluran media sosial," kata Kabid Pengelola Komunikasi Publik Dinas Komunikasi dan Informatika Sumsel Imansyah usai sosialisasi dan deklarasi mahasiswa antihoaks di Palembang, Rabu.

Bahkan jenis berita bohong mayoritas tentang sosial politik terutama saat memasuki Pemilu 2019.

“Media sosial mempengaruhi pilihan pemilih muda dalam Pemilu, karena saluran penyebaran berita hoaks 92,40 persen berasal dari media sosial,” kata dia.

Sebab pemilih muda cenderung memaksimalkan media sosial untuk mengunjungi halaman media daring partai atau tokoh politik pilihan mereka.

Oleh karena itu, kata dia, pihaknya mengajak para mahasiswa untuk cerdas dalam mengenali hoaks. Ada beberapa cara untuk mengenali hoaks di antaranya periksa alamat url atau website agar terverifikasi kredibilitasnya.

Selain itu juga periksa halaman tentang situs yang menampilkan informasi tersebut, cek silang cari di google tema berita spesifik yang ingin di cek. Lalu cek kebenaran gambarnya di google image.

Yang jelas, perlu kritis menyikapi berita hoaks karena itu sangat mudah dipercaya.

Imansyah mengatakan,  masyarakat dapat melakukan pengaduan berita hoaks seperti berupa konten negatif di antaranya pornografi, ujaran kebencian, narkoba, radikalisme atau terorisme.

Masyarakat dapat melakukan pengaduan dengan cara "screen capture" atau url link dan kirim ke website aduankonten.id, pengiriman email di aduankonten@mail.kominfo.go.id.

Sementara Ketua BEM UIN Raden Fatah Palembang Rudianto Widodo mengatakan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui bahaya berita hoaks dan dampak negatifnya.

“Kita meyakini hal-hal negatif kebanyakan berasal dari hoaks, sehingga perlu untuk cerdas dalam menanggulangi penyebaran berita bohong,” tambah dia.