Rasio kelistrikan di Kabupaten OKI meningkat jadi 92,05 persen

id listrik,listrik masuk desa,rasio kelistrikan,pln,pln s2jb

Rasio kelistrikan di Kabupaten OKI meningkat  jadi 92,05 persen

Arsip - Teknisi melakukan penggantian kabel listrik Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT). (ANTARA FOTO/Didik Suhartono/17)

Palembang (ANTARA) - Rasio kelistrikan di Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan, meningkat menjadi 92,05 persen dari semula 91,44 persen pada Maret 2021.

Manager PLN Unit Induk Wilayah Sumatra Selatan, Jambi, dan Bengkulu (UIW S2JB) Bambang Dwiyanto, Jumat, mengatakan, peningkatan itu setelah PLN mengoperasikan jaringan listrik di Desa Talang Makmur dan Desa Harapan Jaya, Kecamatan Sungai Menang, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan.

Sebelumnya, kedua desa yang berjarak 145 kilometer dari pusat Kota Palembang tersebut merupakan desa yang belum berlistrik.

“Kontruksi jaringan ini membutuhkan waktu kurang lebih 3 bulan dengan nilai investasi pembangunan senilai Rp6,8 milliar untuk 947 potensi pelanggan,” kata dia.

Walau akses menuju lokasi yang terbilang sulit tak menyurutkan PLN untuk melayani masyarakat Desa Talang Makmur dan Desa Harapan Jaya.

Ini karena listrik dinyakini dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat desa, baik dari segi ekonomi, pendidikan, kesehatan.

“Semoga dengan beroperasinya jaringan listrik ini dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, menumbuhkan perekonomian,” kata Bambang.

Program listrik desa yang dilaksanakan PLN berhasil meningkatkan rasio elektrifikasi di Sumatra Selatan. Pada 2016, rasio elektrifikasi di Sumatra Selatan sebesar 97 persen, meningkat menjadi 98,3 persen pada 2020.

PLN terus membangunan infrastruktur guna menghadirkan listrik bagi masyarakat di daerah 3 T (terdepan, terpencil, dan tertinggal) terus dilakukan. Hal tersebut dilakukan untuk mewujudkan keadilan energi untuk seluruh masyarakat Indonesia.

Kepala Desa Harapan Jaya, Guntur, mengatakan sebelum menikmati listrik dari PLN, masyarakat desa menggunakan genset terpusat sebagai penerangan utama mereka.

“Selain biaya operasional dan pemeliharaan yang mahal, penggunaan genset di desa tersebut hanya beroperasi selama 12 jam,” kata Guntur.