Palembang (ANTARA) - Nilai impor Provinsi Sumatera Selatan menurun 63,22 persen pada Desember 2020 jika dibandingkan bulan sebelumnya atau dari 246,74 juta dolar AS (USD) menjadi 90,75 juta USD.
Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Selatan Endang Tri Wahyuningsih di Palembang, Sabtu, BPS mencatat impor barang pada akhir tahun 2020 itu didominasi non migas yakni senilai 99,60 juta USD, sementara migas hanya 90,75 juta USD.
Secara tahunan, jika dibandingkan Desember tahun 2019, impor Sumsel mengalami kenaikan sebesar 35,93 persen yakni dari 66,76 juta USD menjadi 90,75 juta USD.
Kenaikan terjadi pada impor nonmigas secara year to year (perubahan dari 2019 ke 2020) yakni dari 62,83 juta USD menjadi 88,60 juta USD. Sementara untuk impor migas justru berkurang 45,29 persen atau dari 3,93 juta USD menjadi 2,15 juta USD.
Jika dilihat dari perkembangan kegiatan impor dalam tiga tahun terakhir yakni 2018-2020 maka terjadi anomali pada 2020.
Kegiatan impor terpantau sangat signifikan pergerakannya pada Oktober-Desember, sementara pada 2018 justru terjadi pada Februari-Juni dan 2019 justru relatif melandai sepanjang tahun.
“Ini terjadi karena pengaruh pandemi, yang aktivitas ekonomi baru terjadi lagi pada pertengahan tahun. Sehingga kegiatan investasi baru terjadi pergerakan di akhir tahun,” kata Endang.
Jika diamati dari sektor utama, impor Sumsel didominasi barang modal sepanjang 2020 yakni 60,83 persen, kemudian disusul barang baku/penolong 38,52 persen dan konsumsi 0,65 persen.
Khusus di akhir tahun, Desember 2020, total impor Sumsel mencapai 90,75 juta USD yang disumbang oleh impor barang baku/penolong (peralatan listrik, pupuk, barang dan logam siap pasang kontruksi) 59,88 juta USD, barang modal (mesin dan keperluan umum, karoseri kendaraan roda empat, generator uap bukan ketel pemanas) 30,44 juta USD, sedangkan konsumsi (hasil minyak, barang kimia dan makanan hewan) hanya 0,45 juta USD.
Dari sisi negara importir, Sumsel terhubung dengan Tiongkok untuk pembelian lokomotif dan peralatan kereta api, bubur kayu (pulp), produk keramik, plastik dan barang dari plastik, mesin pesawat mekanik dan mesin peralatan listrik. Selain itu, Sumsel juga melakukan perdagangan luar negeri dengan Vietnam untuk impor pupuk, Korea Selatan untuk karet dan barang karet. Selain itu, Jepang untuk produk bahan kimia organik.
Berkat kinerja impor tersebut, Sumsel mencatat surplus neraca perdagangan barang selama pandemi 2020 senilai 2.665,54 juta dolar AS (USD). Namun capaian selama Januari-Desember 2020 ini jauh lebih rendah jika dibandingkan 2019 yang meraup 3.447,69 juta USD.
Pada 2020 Sumsel membukukan ekspor senilai 3.603,24 juta USD, sementara impornya 938,70 juta USD. Sedangkan tahun 2019, ekspor senilai 4.059,35 juta USD dan impor 511,66 juta USD.
Berita Terkait
Kadin: CPO, batu bara dan durian paling besar diekspor RI ke China
Jumat, 3 Mei 2024 13:26 Wib
Ubur-ubur dari perairan Sumsel diminati Tiongkok
Rabu, 24 April 2024 16:36 Wib
Karantina Sumsel dan importir Tiongkok tinjau kebun kopi Pagaralam
Senin, 22 April 2024 16:57 Wib
Balai Karantina Sumsel tinjau desa penghasil vanili berkualitas ekspor
Jumat, 19 April 2024 22:20 Wib
Balai Karantina Sumsel dampingi ekspor ubur-ubur Sungsang ke Tiongkok
Selasa, 2 April 2024 15:14 Wib
Standar baku belum ada, Peternak madu sulit ekspor madu
Minggu, 24 Maret 2024 0:13 Wib
Ekspor Babel Januari turun , ini penjelasan BPS
Sabtu, 2 Maret 2024 12:55 Wib
Kilang Pertamina Plaju-Bea Cukai optimalkan ekspor-impor
Rabu, 21 Februari 2024 19:02 Wib