Fraksi PDIP cari solusi tingkatkan harga karet

id karet,murah, ekspor,mutu, bokar

Fraksi PDIP cari solusi tingkatkan harga karet

Fraksi PDI Perjuangan DPRD Sumatera Selatan menggelar focus group discussion mencari solusi terkait dengan persoalan murahnya harga karet di daerah. (ANTARA News Sumsel/Susilawati/Ang)

Palembang, (ANTARA News Sumsel) - Fraksi PDI Perjuangan DPRD Sumatera Selatan menggelar focus group discussion (FGD) atau kelompok diskusi fokus untuk mencari solusi terkait dengan persoalan murahnya harga karet di daerah tersebut.

"Kami ingin mengali lebih dalam, apa persoalan yang sebenarnya terjadi penyebab murahnya harga karet di Sumatera Selatan," kata Sekretaris F-PDI Perjuangan DPRD Sumsel Robby Budi Puruhita di Palembang, Kamis.

Menurut dia, fraksi tersebut menggelar focus group discussion (FGD) atau kelompok diskusi fokus bertema 'Menggagas Alternatif Solusi Terkait Kesejahteraan Petani Karet di Sumatera Selatan'.

"Setelah memetakan persoalannya seperti apa, kemudian kami mencarikan alternatif solusi agar dapat meningkatkan kesejahteraan petani karet di Sumatera Selatan," katanya.

Hadir dalam diskusi itu Ketua F-PDI Perjuangan DPRD Sumsel M A Gantada serta anggota fraksi, Ketua DPD PDI Perjuangan Sumsel M Giri Ramanda N Kiemas, Kepala Dinas Perkebunan Sumsel Fahrurrozi, dan Ketua Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumsel Alex K Edy dan hadir pula dari Asosiasi Petani Karet Seluruh Indonesia (Apkrindo), Balai Penelitian Sembawa, serta sejumlah kelompok petani karet di Sumsel.

Dari diskusi itu terungkap, murahnya harga karet disebabkan sejumlah faktor. Diantaranya, murah harga karet dunia atau internasional. Hari ini harga karet dunia 1,20 dolar AS per kilogram. Jika dikalikan dengan kurs Rp14.650, maka harga jual karet kering 100 persen sekitar Rp16.500.

Ia mengatakan, 90 persen penjualan karet dunia adalah untuk pabrik ban. Kondisi saat ini, penawaran jauh lebih tinggi dari permintaan.

"Persoalan karet ini sangat kompleks, ada keterkaitan faktor luar negeri, dan harga karet internasional," ujarnya.

Faktor dari dalam negeri, petani belum bisa memproduksi karet secara baik dan benar. "Ini menjadi tantangan pemerintah daerah, untuk bagaimana dapat meningtkan hasil produksi karet rakyat," tuturnya.

Ia menyatakan, yang telah dilakukan pemerintah daerah saat ini adanya unit pengolahan dan pemasaran bahan olahan karet/bokar (UPPB). UPPB menerapkan sistem lelang. UPPB menyortir kualitas karet rakyat. Kualitas baik akan dibeli dengan harga tinggi.

Ia menyampaikan, Sumsel merupakan penyumbang lebih kurang 30 persen produksi karet nasional. Artinya, harga karet sangat mempengaruhi hajat hidup orang banyak di Sumsel.

Lebih lanjut ia menuturkan, F-PDI Perjuangan Sumsel akan mendorong agar UPPB ada di setiap desa di kabupaten/kota penghasil karet. Hasil diskusi juga akan disampaikan kepada pihak-pihak yang berkompeten, baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah Sumsel.

 "Kita tidak bisa mengintervensi harga internasional. Saat ini bagaimana memperbesar skala produksi dengan mengefesiensi. Bagaimana kualitas baik, bagaimana yang selama ini satu hektar kebun karet menghasilkan satu ton karet menjadi menghasilkan dua ton," jelasnya.
 
Ia mengatakan, di Asean ada empat negara ekspotir karet terbesar yakni, Indonesia, Thailand, Vietnam, dan Malaysia. Pada dataran kebijakan nasional, bagaimana mengupayakan empat negara itu duduk satu meja membicarakan harga karet dunia.

Yang penting dari diskusi ini, kami sudah berhasil mendudukan beberapa pemangku kepentingan untuk berbicara soal karet. Jadi Fraksi PDI Perjuangan sudah berupaya memanggil pihak-pihak berkompeten untuk membicarakan satu meja, ini jarang terjadi, tuturnya.

Sementara Ketua Gapkindo Sumsel Alex K Edy menyambut baik inisiatif F-PDI Perjuangan mengumpulkan sejumlah pemangku kepentingan karet.

"Fraksi PDI-P DPRD Sumsel berinisiatif mengundang pemangku kepentingan karet membentuk forum diskusi permasalahan karet," ujarnya.

Ia menyatakan, harga karet internasional tengah terpuruk. Namun, lanjutnya, kondisi yang ada sebagai akibat dampak harga dunia. Dengan harga karet hari ini 1,20 Dolar AS perkilogram dengan kurs Rp14.650, maka harga jual karet kering 100 persen sekitar Rp16.500/kg. Sedangkan kekeringan getah karet petani hanya 50 persen.

Belum lagi pengusaha karet harus mengeluarkan ongkos ekspor sehingga di tingkat pabrik harga beli karet petani Rp7.000/kg.

Ia menekankan, murahnya harga karet saat ini bukan ditentukan pabrik karet, tetapi, karena faktor dari luar negeri.

Ia menyampaikan, banyak pabrik karet di Sumsel telah mengurangi jam kerja. Misal dari tiga shift menjadi dua shift, dan dua shift menjadi satu shift.

Ia menuturkan, yang pihaknya dapat lakukan terhadap petani adalah mengurangi untung. Di sisi lain, petani juga harus meningkatkan kualitas getah karet, yakni bersih, tidak banyak air. Getah karet jangan direndam.

Dari diskusi ini, F-PDI Perjuangan sepakat akan mencari jalan keluar misal dengan memanfaatkan karet sebagai pencampur aspal, dan membuat produk barang jadi dari karet. Jadi, bukan untuk diekspor tetapi dipakai dalam negeri, katanya.