Chatib Basri: modal asing masuk Indonesia 2017 turun

id modal asing, modal asing turun, modal asing masuk idonesia menurun

Chatib Basri: modal asing masuk Indonesia 2017 turun

Chatib Basri (FOTO ANTARA)

...Saya lebih pilih rupiah yang melemah, karena kita akan pindah dari negara berbasis sumber daya mentah ke manufaktur. Problem kita sekarang rupiah terlalu kuat, itu 'membunuh' manufaktur...
Jakarta (Antarasumsel.com) - Mantan Menteri Keuangan Chatib Basri memperkirakan modal asing masuk (capital inflow) ke Indonesia pada 2017 tidak akan sederas tahun ini, mengingat kenaikan suku bunga The Federal Reserve (The Fed).
       
Dalam Seminar Prospek Ekonomi 2017 oleh UOB Indonesia di Jakarta, Rabu, Chatib mengatakan The Fed kemungkinan akan menaikkan suku bunga acuannya, jika Presiden terpilih Amerika Serikat Donald Trump benar-benar mengekspansi belanja fiskal yang mengakibatkan pelebaran defisit anggaran.
       
"Kita mungkin akan masuk ke sebuah era yang berbeda, di mana jika Trump melakukan ekspansi fiskal, suku bunga akan naik maka mungkin dana asing ke 'emerging markets' tidak akan sebesar yang terjadi di dalam sembilan bulan terakhir," kata dia.
       
Chatib memperkirakan The Fed akan menahan level suku bunga acuannya di 0,25-0,5 persen pada tahun ini. Bank Sentral AS tersebut diperkirakan baru akan menaikkan suku bunga acuan setelah pemerintahan Trump memutuskan untuk mencari pendanaan di pasar keuangan guna menutupi defisit anggaran akibat ekspansifnya belanja fiskal.
       
Setelah The Fed menaikkan suku bunga acuannya, maka suku bunga instrumen keuangan di pasar pun akan ikut terkerek naik, sehingga mampu menarik pelaku pasar untuk berinvestasi.
       
Ketika modal asing ke Indonesia tidak sederas tahun ini, Chatib mengakui, kemungkinan akan terjadi penyesuaian nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing. Namun menurut Chatib, level nilai tukar rupiah saat ini memang lebih baik terdepresiasi untuk memacu ekspor.
       
"Saya lebih pilih rupiah yang melemah, karena kita akan pindah dari negara berbasis sumber daya mentah ke manufaktur. Problem kita sekarang rupiah terlalu kuat, itu 'membunuh' manufaktur," kata dia dalam sesi diskusi.
       
Namun, Chatib meyakini, Indonesia tidak akan ditinggalkan oleh para investor ketika suku bunga di AS naik. Menurutnya, Indonesia adalah negara paling menarik untuk investor, di tengah kondisi global yang kurang baik saat ini. Apalagi, Jepang dan Uni Eropa masih mempertahankan suku bunga negatif yang akan sulit menarik minat investasi.
      
"Jadi sepertinya masih ada inflow walau tidak sebesar atau sesignifikan seperti bulan-bulan lalu," ujarnya.
       
Bank Indonesia (BI) mencatat aliran modal masuk dari Januari hingga Oktober 2016 telah mencapai Rp 157 triliun. Jumlah itu sudah lebih tinggi dibanding modal masuk sepanjang 2015 yang jumlahnya tidak mencapai Rp80 triliun.