Asian Games - Volunteer yang bekerja dengan hati

id Sukarelawan,Volunteer,Asian games

Asian Games - Volunteer yang bekerja dengan hati

Suasana di MPC Asian Games 2018 di JCC Jakarta, Kamis (30/8/2018) (Antara/Atman Ahdiat)

Jakarta (ANTARA News Sumsel) -"Kalau bekerja harus dengan hati, kalau tidakbisa sakit hati". Demikian prinsip yang selalu dipegang oleh Nurma Syeline,
salah seorang relawan (volunteer) yang ditugaskan di Main Press Center(MPC) Asian Games 2018 di Jakarta Convention Center (JCC).

Sebagai relawan, mahasiswi Universitas Paramadina Jakarta itu selamaAsian Games berlangsung, bertugas di bagian logistik, yaitu melayani
berbagai kebutuhan media, terutama media asing yang menyewa ruangan kantordi MPC.

Karena tujuan utama sebagai relawan adalah melayani tamu, tidak jarangNurma harus sigap mengambil inisiatif dan bahkan merogoh uang dari kantong
sendiri, agar tidak ada keluhan dari tamu.

Suatu kali, seorang wartawan dari media Korea yang menyewa ruangan diMPC, meminta air minum galon, sementara pihak panitia hanya menyediakan
peralatan dispenser."Mereka maunya hari itu juga harus disediakan, sementara saat itu tidakada pihak yang bisa memutuskan karena saya sedang bertugas sendiri," kataNurma.

Dengan insiatif sendiri, Nurma kemudian keluar komplek Gelora BungKarno untuk mencari galon air minum yang diminta dengan menyewa tukang
ojek. Tapi karenatukang ojek dan motornya tidak boleh memasuki komplek GBK, iapun kemudian meminjam motor tukang ojek itu untuk mengantar galon ke tempatyang dituju.

Dalam jam kerja pun, Nurma bersama rekannya Pauline, mahasiswiTarakanita Jakarta, tidak pernah hitung-hitungan."Dalam teorinya jam kerja saya delapan jam sehari, tapi tidak jarangsaya harus bekerja sampai dinihari karena harus menyelesaikan tugas," kataNurma.

Meski bekerja lebih lama dari ketentuan, Nurma mengaku tetapmenjalankan tugasnya dengan senang hati dan ia pun sama sekali tidak berniat menuntut bayaran lebih."Saya tidak mengerti bagaimana aturannya kalau harus bekerja melebihijam kerja. Tapi tidak apa-apalah, saya juga senang kok karena bisa menjadibagian dari peristiwa bersejarah ini," katanya.

Pengalaman yang tidak menyenangkan juga dialami oleh Hanjani Putri,volunteer yang bertugas di cabang tinju di Jakarta International Expo (JIExpo) Kemayoran, Jakarta.Saat menjalankan tugas di arena, mahasiswi Universitas Padjajaran itusempat shock karena dibentak oleh seorang fotografer Korea Utara yang marahkarena disuruh pindah ke tempat yang sudah disediakan.

"Lalu ada juga ofisial asing yang seolah-olah tidak mengerti bahasaInggris waktu diberi tahu bahwa dilarang merekam pertandingan dengankamera, dan ia terus saja merekam meski sudah berulang kali diperingatkan,"kata Hanjani, warga Bekasi itu.

Selain volunteer yang bertugas di dalam ruangan seperti di MPC danarena pertandingan, pengalaman yang tidak kalah melelahkan, baik lelah fisik maupun lelah hati adalah di bagian transportasi, seperti yang dialamiHerlita Aprizia dan rekannya Ade Irvan Suryana.

Herlita dan Ade Irvan ditemui saat bertugas di halte bis khususpenumpang di depan Istora Senayan. Mereka tampak tidak peduli dengan panasterik yang menyengat.

"Kalau boleh memilih, saya ingin ditempatkam di arena pertandingan yangnyaman dan ber-AC, tidak mau berpanas-panasan seperti ini," kata Herlita,
mahasiswi jurusan Satra Korea Univeristas Indonesia ini.Namun Herlita maupun Ade Irvan mengakui tetap bersemangat menjalankantugas karena bagi mereka, hal yang terpenting adalah mendapatkan pengalamanberharga sebagai relawan dan ikut merasakan eforia Asian Games.

Berkat tugas sebagai relawan itu pula Ade Irvan dan Herlita menyaksikanperbedaan karakter orang Indonesia dengan tamu asing."Saya lebih suka melayani tamu asing karena mereka mau menurut saatdiberitahu, beda dengan masyarakat kita yang suka protes dan inginnya serbacepat dilayani," kata Herlita.


Lebih Banyak Suka
Dari beberapa relawan yang ditemui saat menjalankan tugas, baik diKomplek GBK maupun di JIExpo Kemayoran, umumnya menyatakan bahwa mereka
mendapatkan lebih banyak suka dibanding duka.

Seperti yang disampaikan Tubagus Fakhri Kurnia, mahasiswa UniversitasJendral Sudirman, Purwokerto, bertugas sebagai volunteer membuat dirinya
merasa menjadi bagian dari sejarah, sebagai mana motto volunteer AsianGames, yaitu Be A Part of History.

"Sukanya saya memiliki teman teman baru yang asyik, menambahpengetahuan di dunia media, Serta menjadi bagian sejarah dari Asian Games
dan dukanya, kerja lembur bagai kuda, waktu bersama keluara berkurang danbadan pegel pegel," kata Tubagus.

Sementara Astri Rahmalia, warga Bekasi yang juga masih kuliah diUniversitas Soedirman, mengaku bahwa semua duka yang dialaminya selama
bertugas menjadi tertutupi oleh rasa suka yang lebih banyak dirasakan.

"Salah satu sukanya, saya menemukan banyak generasi millineal, terutamamereka yang dibawah umur saya yang cerdas dan peduli, serta cinta
terhadap bangsa Indonesia," katanya Astri.

Rasa lelah, pulang larut malam dan kurang istirahat yang dialami pararelawan seperti terobati dengan penghargaan yang disampaikan oleh Gubernur
DKI Jakarta Anies Baswedan.

Menurut Anies, relawan Asian Games adalah mereka yang termasuk bekerjadi belakang panggung dan berperan penting dalam menyukseskan pesta olahraga
terbesar kedua sejagat setelah Olimpiade itu.Melalui akun Facebooknya, Anies mengatakan bahwa mayoritas relawanadalah anak-anak muda dari berbagai daerah se-Indonesia. Mereka tidakdigaji, tapi bisa bekerja sepenuh hati karena kecintaannya pada Indonesia.

"Selesai Asian Games, para sukarelawan akan pulang dengan rasa banggakarena menjadi bagian dari pengabdian untuk bangsa dan negara. Sekali lagi
kami sampaikan terima kasih, apresiasi untuk teman-teman semua," kata Aniesmenambahkan.