Tokoh lingkungan apresiasi penanganan karhutla sumsel

id karhutla,kebakaran hutan,Rahmad Witoelar

Tokoh lingkungan apresiasi penanganan karhutla sumsel

Helikopter MI-172 milik Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melakukan pemadaman kebakaran lahan dari udara ''water boombing'' di Tulung Selapan, Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan, MInggu (22/7). Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Sumatera Selatan menurunkan dua helikopter MI-172 dan dibantu petugas gabungan dari BPBD Kabupaten OKI, Manggala Agni Daops OKI, TNI dan Polri untuk melakukan pemadaman kebakaran hutan dan lahan yang terbakar sejak Sabtu (21/7). (ANTARA News Sumsel/Nova Wahyudi/dol/18)

....Tetap saja yang paling penting mengajak masyarakat untuk menjaga dan jangan membakar, karena yang dirugikan kalau karhutla masyarakat itu sendiri, saya yakin kebakaran tahun ini tidak akan separah dulu....
Palembang (ANTARA News Sumsel) - Tokoh lingkungan hidup Prof. Rahmad Witoelar mengapresiasi penanganan kebakaran hutan dan lahan di wilayah Sumatera Selatan beberapa waktu terakhir. 

"Saya apresiasi sekali, memang saya lihat persiapannya sudah lama dan target penanganannya menekan jumlah kebakaran di titik minimum, karena bagaiamanpun karhutla ini susah diprediksi, lihat saja Swedia misalnya, negara itu tidak pernah diprediksi akan terjadi karhutla, namun nyatanya ada," kata Rahmad Witoelar usai pembukaan festival lanskap Sumsel 2018 di Palembang, Rabu.

Menurut tokoh yang pernah menjabat Menteri Lingkungan Hidup era presiden SBY tersebut, karakteristik tanah gambut memang masih menjadi fokus karena butuh penanganan serius dan lama. 
 
Tokoh lingkungan hidup Rahmad Witoelar saat diwawancarai media usai pembukaan festival lanskap Sumsel 2018 di Palembang, Rabu (25/7/18). (ANTARA News Sumsel/Aziz Munajar/Erwin Matondang/18)
Dia menjelaskan banyak ilmuan dalam dan luar negeri mencari penyelesaian tanah gambut, tetapi masih butuh waktu, sementara ini menggunakan cara-cara lapangan yang efektif sebab berhadapan dengan alam jangan terlalu banyak eksperimen. 

Adanya upaya kanalisasi oleh satgas karhutla sudah cukup efektif untuk menahan kelembaban tanah atau perendaman, disisi lain ia menggarisbawahi kebutuhan air pada kanal-kanal, sejauh mana air tersedia di alam karena pada musim kemarau air sulit didapat. 

"Tetap saja yang paling penting mengajak masyarakat untuk menjaga dan jangan membakar, karena yang dirugikan kalau karhutla masyarakat itu sendiri, saya yakin kebakaran tahun ini tidak akan separah dulu," ujar Rahmad Witoelar. 

Ia menambahkan saat ini terjadi cuaca ekstrem di dunia menyebabkan karhutla dibeberpaa negara, sehingga ia meminta pihak-pihak tetap bekerjasama menangani karhutla apalagi wilayah sumsel sudah menjadi langganan. 

Mengenai inovasi replanting atau peremajaan, ia melihat hal tersebut bisa menjadi solusi penekanan dan pencegahan karhutla, namun membutuhkan waktu lama, sehingga lebih baik mempertegas aturan saksi korporasi serta kesempatan kepada masyarakat untuk menata penggunaan lahan dengan benar.