Suhardi sang pemberi pencerahan kepada publik

id Suhardi Alius, Kadiv Humas Mabes Polri

Suhardi sang pemberi pencerahan kepada publik

Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Suhardi Alius (FOTO ANTARA)

Suhardi Alius nama yang tidak asing bagi kalangan publik tanah air terutama dikalangan para wartawan yang mengejar berita terkait dengan institusi kepolisian.

Suhardi saat ini berpangkat Inspektur Jenderal (Irjen) menjabat sebagai Kepala Divisi Hubungan Masyarakat (Kadiv Humas) Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia (Mabes Polri).

Jabatan yang merupakan ujung tombak bagi kepolisian dalam sebuah pencitraan dengan memberikan pencerahan kepada masyarakat.  Hal tersebut tentu tidak lepas dari media sebagai mitranya dalam mengerjakan tugas.

"Bagaimanapun media adalah mitra adalah sangat menentukan dalam membentuk opini. Selain itu, pengetahuan secara internal harus kita tingkatkan berupa kemampuan anggota Polri, karena kebanyakan pegawai humas tidak didesain secara khusus tapi otodidak," kata Suhardi.

Berdasarkan pengalamannya dalam bertugas sebagai anggota kepolisian di berbagai daerah di seluruh Indonesia pria lulusan Akabri tahun 1985 ini rajin mengundang pakar-pakar komunikasi diantaranya dari Universitas Indonesia (UI) untuk bekerjasama membantu memberikan pembelajaran untuk memberikan pencerahan kepada masyarakat.

"Sebagai Kadiv Humas saya mengundang pakar-pakar komunikasi dari UI untuk memberikan pembelajaran kepada kami. Saya juga melihat permasalahan secara makro dan komprehensif dan saya melihatnya  bahwa ada hal-hal di masyarakat yang belum maksimal mengetahui tentang Polri.  Selain itu, melakukan audiensi dengan pimpinan redaksi," kata suami dari Riri Nustrad Kanam.

Salah satu gebrakan yang dilakukan oleh ayah dari tiga anak ini adalah membuat program di salah satu TV swasta setiap hari Rabu dengan memerintahkan para Kapolda secara bergiliran untuk memaparkan bagaimana potensi konflik di daerah masing-masing.

"Para Kapolda melakukan 'live' bagaimana memaparkan potensi konflik di daerah dan bagaimana antisipasinya sebagai penanggungjawab.  Jadi  dengan menghadirkan para Kapolda itu, membawa masyarakat bahwa antisipasi kita demikian dan tantangan kami mengerjakan tugas harus dipahami masyarakat," kata Suhardi.

Misalnya untuk daerah Papua orang berpikir wilayah tersebut gampang kemana-kemana, padahal transportasi untuk ke tempat itu satu-satunya hanya dengan pesawat.           Seperti ketika ada  peristiwa pembakaran dikatakan polisi lambat, penambahan pasukan cadangan itu dari Jayapura dan tergantung cuaca sehingga keterlambatan ini tidak disampaikan dengan baik, maka masyarakat jadi tidak paham.

"Ini menurut saya proses sosialisasi yang cukup baik disamping itu tiada hari tanpa berita, tiada hari tanpa konferensi pers. Saya juga delegasikan kepada Karo Penmas dan Kabag Penum sedangkan sebagai Kadiv Humas melaksanakan pada tataran strategis dan kritis saya akan muncul," kata Suhardi.

Sebagai Kadiv Humas, dia juga untuk mengakomodir dengan menjembataninya dengan meminta Kepala Badan Reserse dan Kriminal (Kabareskrim) untuk meminta nota dinas, agar kepada direktur terkait untuk memberikan data yang aktual kepada Divisi Humas dan wajib dilaporkan setiap ada kejadian.

Menurutnya, Polri sudah banyak kerja tapi tidak tersosialisasi itu yang Suhardi keluhkan, tapi bila dikelola dengan baik dan itu dapat membangun opini.

"Kami tidak berdiam diri banyak sekali pekerjaan Polri contohnya pada tahun 2012 Direktur Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) telah mengembalikan uang negara sebesar Rp258 miliar, boleh bandingkan dengan instansi lain tapi tidak pernah diekspos," katanya.

          Melayani empat Kapolri
Jenjang karir Suhardi di Kepolisian, setelah lulus dari Akabri tahun 1985 dengan pangkat Inspektur Dua (Ipda) langsung bertugas sebagai Perwira Samapta di Polres Bandung, Polda Jawa Barat (Jabar).  

Berbagai pendidikan dan tugas ke luar negeri pernah diikutinya, diantaranya CID RF di Jerman selama 18 bulan pada tahun 1993.  "Saat itu saya bertugas di Kapuskodal Ops Polres Langkat, Polda Sumatera Utara, kemudian dipanggil untuk mengikuti dan lulus untuk mengikuti pendidikan Reserse di Jerman," katanya.

Selain di Jerman, Suhardi juga mengikuti penugasan ke Las Vegas, Lyon, Bangkok, Perth, Sidney, Vancouver, Kamboja, Kuala Lumpur, Tokyo, Singapore, Beijing, Hanoi, London, Paris, Amsterdam, Manila dan Rio De Janeiro.

Pria kelahiran Jakarta pada tanggal 10 Mei 1962, selama karir di Polri telah memperoleh penghargaan dari institusinya yakni Satya Lencana Dwidya Sistha, Satya Lencana Kesetiaan delapan tahun, Satya Lencana 16 tahun, Satya Lencana Ksatria Tamtama dan Satya Lencana Dharma Nusa.

Selama berkarir dia juga pernah melayani sebagai Ses Spri Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Kapolri), untuk empat Kapolri yakni Jenderal (Purn) Surojo Bimantoro, Jenderal (Purn) Da'i Bachtiar, Jenderal (Purn) Sutanto dan Jenderal (Purn) Bambang Hendarso Danuri.

"Saya melayani empat tanpa putus totalnya enam tahun dan paling lama dengan pak Sutanto selama 3,5 tahun.  Dari mereka, saya banyak belajar dalam melayani pimpinan dan belajar bagaimana mengambil keputusan," kata Suhardi.

Namun spesialisasi mantan Waka Polda Metro Jaya ini sebenarnya bidang Reserse.  Berbagai jabatan yang terkait bidang tersebut pernah dijalani diantaranya Direktur Reserse dan Kriminal Umum (Dir Reskrimum) Polda Metro Jaya dan Direktur Tindak Pidana Tertentu (Dir Tipiter) Badan Reserse dan Kriminal (Bareskrim) Polri.

          Memilih jadi anggota Polri
Suhardi muda saat itu memilih untuk menjadi anggota Polri dilaluinya melalui perjuangan untuk dapat masuk Akabri.  Meskipun setelah lulus dari  SMA dia mengikuti tes di UI dan sekolah penerbangan.

"Saya ikut tes di UI di Perintis II dan sekolah penerbangan, selain itu tes di Akabari dan ketiganya lulus, tapi saya lebih memilih jadi anggota Polri, karena sudah tahu dunia kepolisian dari ayah saya yang anggota Polri dan itu juga semua garis tangan," kata anak ketiga dari lima bersaudara.

Ayahnya Suhardi adalah anggota Polri yang terakhir berpangkat Kolonel. Guna mendukung cita-cita anaknya, Suhardi mengatakan ayahnya membuatkan tempat melakukan "sit up" untuk berolahraga.

Suhardi yang bergelar MH yang diraihnya dari Universitas Gadjah Mada (UGM) pun tidak pernah memaksa anaknya itu mengikuti jejaknya menjadi anggota Polri, semua terserah anak dan orang tua hanya mendukung,  katanya.

"Anak saya yang kedua laki-laki masuk Akpol, dan sejak kelas satu SMA dia sudah mempersiapkan diri, termasuk bela dirinya dan saya mengarahkan tidak ada dibantu dia harus ikut ujian dan itu yang dijalaninya dan lulus," kata Suhardi.      

Meskipun sibuk melayani media siang dan malam, bila ada wartawan yang menghubunginya untuk konfirmasi terkait dengan tugas kepolisian, namun waktu luang untuk keluarga tetap ada.

Dia juga menyempatkan untuk menjalankan olahraga secara rutin seperti jalan cepat, renang dan bersepeda.  

"Keluarga saya sangat mendukung dan mengerti tugas sebagai Kadiv Humas, karena dulu saat menjadi Spri Kapolri selama enam tahun, tugasnya juga tidak tentu," katanya.

Dia juga berempati dengan tugas wartawan, dimana walaupun hari libur terutama Sabtu dan Minggu bila ada wartawan butuh konfirmasi menghubunginya pasti Suhardi akan membalas melalui pesan singkat.

"Saya terharu kalau wartawan dibalas konfirmasinya, mereka senang karena dapat berita dan tugasnya wartawan itu mencari berita untuk masyarakat dan  tidak mengenal waktu," kata Suhardi.
(ANT)